Adi Prayitno menyoroti langkah Jokowi yang enggan mempublikasikan secara luas dokumen ijazah tersebut ke media.
“Sudah ditunjukkan ke media tapi dilarang difoto. Nah ini justru jadi amunisi baru untuk para pengkritik,” kata Adi Prayitno.
Lebih lanjut Adi Prayitno menanggapi tudingan-tudingan teknis seperti perbedaan font pada skripsi hingga foto ijazah Jokowi yang disebut tak lazim karena menggunakan kacamata.
Menurutnya hal-hal seperti ini justru menunjukkan bahwa isu ini makin tidak substansial.
“Font beda sedikit pun bisa jadi bahan tuduhan. Ini menunjukkan betapa biasnya isu ini karena terlalu dipolitisasi,” ujarnya.
Sejumlah gugatan soal keabsahan ijazah Jokowi juga pernah dilayangkan ke pengadilan.
Namun hasilnya justru pihak-pihak yang menuduh Jokowi malah divonis menyebarkan fitnah.
“Mereka divonis bersalah karena dianggap menyebarkan kebohongan dan melakukan pembunuhan karakter,” kata Adi Prayitno.
Baca Juga: “Tambah Tidak Jelas” Pengamat Menilai Kebijakan Infrastruktur Prabowo Minim Koordinasi
Di akhir videonya Adi Prayitno menyimpulkan bahwa selama masyarakat memandang isu ini lewat kacamata politik kebenaran soal ijazah Jokowi akan selalu bersifat relatif.
“Kalau ingin objektif silakan teliti ke UGM. Wawancara dosen, dekan, bahkan rektornya. Tapi sayangnya yang muncul malah tuduhan tanpa dasar,” tutup Adi Prayitno.***