Partai-partai yang tergabung dalam koalisi ini memiliki kepentingan masing-masing yang bisa berubah seiring waktu.
Pernyataan dari beberapa ketua umum partai menunjukkan bahwa mereka masih dalam tahap mengkaji dan mempertimbangkan manfaat dari keberlanjutan koalisi ini.
Beberapa faktor utama yang bisa membuat koalisi permanen sulit terwujud antara lain adalah perbedaan kepentingan, tekanan politik, serta dinamika internal partai.
Selain itu, putusan Mahkamah Konstitusi yang memungkinkan semua ketua umum partai mencalonkan diri sebagai capres pada 2029 juga berpotensi membuat koalisi ini semakin rapuh di masa depan.
“Ada yang bertanya kepada saya, bagaimana menyikapi koalisi permanen? Ya, senyumin aja, jogetin aja! Karena ini hanya omong kosong. Terlalu banyak faktor yang akan membuat koalisi permanen itu retak berkeping-keping,” lugas Rudi S Kamri.***
Baca Juga: Jangan Panik! Kenali Ciri-Ciri Haid Sehat Menurut Dr. R. Cahyono, Jangan Abaikan Tanda Ini!