"Kalau Jokowi mendukung penuh langkah Prabowo lalu bagaimana dengan Gibran? Bukankah tujuan utama Jokowi adalah menjadikan Gibran sebagai presiden di 2029?" kata Rocky Gerung.
Menurutnya jika Gibran tetap ingin maju maka ia harus mencari dukungan politik dari luar KIM Plus.
Namun opsi tersebut sangat terbatas karena partai-partai besar telah berkomitmen mendukung Prabowo.
Dengan munculnya koalisi permanen ini spekulasi pun muncul mengenai dampaknya terhadap pemerintahan saat ini.
Gibran yang saat ini menjabat sebagai Wakil Presiden bisa saja terjebak dalam situasi sulit di mana ia tetap berada di pemerintahan tetapi tanpa dukungan politik yang jelas untuk masa depannya.
"Kalau Gibran tidak bisa mencalonkan diri, apakah dia tetap akan diam? Atau justru akan muncul ketegangan baru di internal pemerintahan?" tambah Rocky Gerung.
Bukan tidak mungkin rivalitas politik dalam kabinet semakin tajam.
Bahkan ada kemungkinan reshuffle kabinet untuk menyingkirkan elemen-elemen yang masih berada di bawah pengaruh Jokowi.
Baca Juga: Tajam! Ikrar Nusa Bhakti: Jokowi Lebih Buruk dari Soeharto dalam Pengelolaan Kekuasaan dan Ekonomi
Keputusan Prabowo ini juga membuka peluang baru dalam dinamika politik nasional.
PDIP yang selama ini memiliki hubungan kurang harmonis dengan Jokowi bisa saja mengambil langkah pragmatis untuk mendekati Prabowo.
"Ibu Mega tidak mungkin berkoalisi dengan Prabowo kalau di dalamnya masih ada unsur Jokowi yaitu Gibran," ujar Rocky Gerung.
Jika PDIP akhirnya memilih untuk mendukung Prabowo maka semakin kecil peluang Jokowi untuk tetap mempertahankan pengaruhnya.
Baca Juga: Kimia Politik Berubah? Hubungan Prabowo, Jokowi, dan PDIP di Persimpangan, Pandangan Rocky Gerung