bisnisbandung.com - Kebijakan Kementerian Pertahanan (Kemhan) dalam menambah utang sebesar Rp385 triliun untuk pengadaan alutsista bekas mendapat kritik tajam dari berbagai pihak, termasuk pengamat politik Faizal Assegaf.
Ia menilai bahwa kebijakan ini tidak hanya membebani anggaran negara, tetapi juga mencerminkan strategi pertahanan yang kurang efektif dan tidak berpihak pada kepentingan nasional.
Dalam pernyataannya, Faizal Assegaf menegaskan bahwa pemerintah seharusnya tidak menggunakan uang rakyat untuk membeli peralatan militer dari negara-negara yang terlibat dalam konflik global, khususnya yang mendukung pembantaian terhadap bangsa Palestina.
Baca Juga: Ubah Tata Tertib, Rocky Gerung Kritik DPR yang Bisa Copot Pejabat NegaraBaca Juga: Ubah Tata Tertib, Rocky Gerung Kritik DPR yang Bisa Copot Pejabat Negara
“Pak Menhan @sjafriesjams dan Presiden @prabowo, tabiat membeli perlatan militar bekas dari negara-negara yang terlibat menyokong pembantaian bangsa Palestina, harus dihentikan,” ungkapnya dilansir Bisnis Bandung dari akun X pribadinya.
Ia juga menekankan pentingnya mengakhiri praktik belanja alutsista yang tidak efisien dan lebih fokus pada pembangunan kemandirian industri pertahanan nasional.
“Jangan gunakan uang rakyat untuk membangun keperkasaan militer semu tanpa pertimbangan keadilan, kejujuran dan kemanusiaan,” tegasnya.
Baca Juga: Bagus! Prabowo Tinjau Makan Siang Gratis, Hersubeno: Jangan Sampai Jadi Panggung Gibran!
Berdasarkan catatan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), belanja modal Kemhan pada tahun 2023 mencapai Rp70,9 triliun, mengalami peningkatan sebesar 36% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, pembiayaan alutsista juga banyak bergantung pada pinjaman luar negeri yang tercatat mencapai USD25 miliar atau sekitar Rp385 triliun dalam periode 2020-2024.
Faizal Assegaf menyoroti bahwa langkah pemerintah yang bergabung dalam BRICS seharusnya diiringi dengan kebijakan pertahanan yang lebih mandiri dan strategis, bukan malah bergantung pada pembelian alutsista bekas.
Ia menekankan bahwa kekuatan pertahanan Indonesia seharusnya berakar pada sumber daya rakyat yang melimpah dan didukung oleh strategi militer yang kuat, mandiri, serta visioner.
Baca Juga: Geisz Chalifah: Langkanya Gas 3 Kg, Apakah Ini Pengalihan Isu Pagar Laut PIK 2?Baca Juga: Geisz Chalifah: Langkanya Gas 3 Kg, Apakah Ini Pengalihan Isu Pagar Laut PIK 2?