Kendati gagal dalam Pilpres 2024 Anies dinilai tetap memiliki daya tarik tersendiri berkat gaya komunikasi politiknya yang dianggap mampu merangkul berbagai kelompok.
"Anies adalah simbol oposisi moderat yang mampu menarik perhatian segmen pemilih yang beragam. Jika presidential threshold dihapus Anies berpotensi diusung oleh lebih banyak partai bahkan mungkin muncul koalisi baru yang didominasi partai menengah," ujar Bivitri Susanti.
Bivitri Susanti juga menyoroti dampak positif bagi partai menengah dan kecil jika presidential threshold dihapus.
Partai seperti PKS, NasDem, dan Demokrat dinilai akan lebih leluasa mengajukan capres tanpa harus berkoalisi dengan partai besar.
Baca Juga: Geram Kebakaran di LA Dianggap Azab, Dokter Tifa Jelaskan Penyebab Sebenarnya
Hal ini bisa membuka jalan bagi tokoh-tokoh seperti Anies Baswedan untuk maju kembali di 2029.
"Selama ini partai kecil terpaksa menjadi pendukung partai besar karena aturan threshold. Dengan aturan ini dihapus mereka bisa tampil lebih percaya diri," jelasnya.
Namun Bivitri Susanti mengingatkan bahwa dinamika politik di Indonesia sangat cair.
"Meski peluangnya besar keberhasilan Anies di 2029 tetap tergantung pada bagaimana ia menjaga momentum politiknya dalam lima tahun ke depan," katanya.
Meski potensi penghapusan presidential threshold dianggap sebagai angin segar bagi demokrasi Bivitri Susanti juga mengakui bahwa ada tantangan besar.
Baca Juga: Ade Armando Soroti Isu Megawati Dekati Prabowo dan Prediksi Penyingkiran Gibran
Salah satunya adalah potensi fragmentasi politik yang berujung pada instabilitas.
"Dengan banyaknya calon ada risiko suara pemilih akan terpecah sehingga sulit mencapai mayoritas mutlak. Ini bisa menimbulkan polarisasi lebih lanjut," katanya.
Di sisi lain penghapusan threshold bisa memunculkan resistensi dari partai besar yang selama ini diuntungkan oleh aturan tersebut.
Baca Juga: Connie Tegaskan Tidak Simpan Bukti dari Hasto: Ini Hanya Dokumen yang Bisa Menjadi Bom Waktu