bisnisbandung.com - Budayawan Mohamad Sobary menyoroti peran dan eksistensi kelompok Projo (Pro Jokowi) di panggung politik Indonesia.
Ia menilai Projo, yang dikenal sebagai pendukung setia mantan Presiden Joko Widodo, telah kehilangan arah dalam menyikapi dinamika politik pasca-lengsernya Jokowi dari jabatan Presiden RI.
Menurut Sobary, Projo kerap mengedepankan loyalitas yang berlebihan terhadap Jokowi, hingga menyerupai bentuk kultus individu.
Baca Juga: PDIP Jokowi Phobia? Andi Azwan: Jangan Dikit-Dikit Kasusnya Kaitkan dengan Jokowi
“Nah, di dalam dunia politik ya kayak begini urusannya. Jokowi dikultuskan. Jokowi, wah, pernah muncul seperti seorang pembebas, pernah muncul seperti seorang yang memberi sesuatu yang namanya harapan,” bebernya dilansir dari youtube Anak Bangsa TV.
“Tapi ketika sesudahnya terbuka, oh, itu rahasia terbongkar seluruhnya. Dia bukan seorang pembebas, dia bukan seorang yang memberi harapan, melainkan orang yang membuat kerusakan di muka bumi,” terusnya.
Ia menegaskan bahwa bentuk pemujaan semacam ini tidak hanya mengaburkan prinsip demokrasi, tetapi juga menjauhkan mereka dari realitas politik yang sehat.
Dalam pandangan Sobary, Projo cenderung gagal menjaga relevansi mereka, terutama di tengah tantangan politik baru di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Baca Juga: Refly Harun: Kekuasaan Prabowo Adalah Investasi Jokowi, Estafet Kerusakan Hukum Berlanjut
Sobary juga menyinggung tentang klaim Projo yang menyangkal terkait isu perpanjangan masa jabatan presiden tiga periode yang sebelumnya sempat menjadi perdebatan.
Selain itu, Sobary menilai bahwa kelompok ini tidak mampu beradaptasi dengan dinamika politik, sehingga menjadi sasaran kritik dari berbagai pihak.
Ia menyebut bahwa Projo, meski berambisi menjadi partai politik, tidak menunjukkan kapasitas yang signifikan untuk menjadi kekuatan baru di kancah perpolitikan nasional.
Hal ini terlihat dari minimnya pengaruh mereka dalam membentuk opini publik atau memobilisasi dukungan secara luas.
Baca Juga: Pemerintahan Prabowo Mengkhawatirkan, Eep Saefulloh: Indeks Peberantasan Korupsi Menurun