bisnisbandung.com - Rocky Gerung menyebut argumen para pendukung Jokowi, termasuk tokoh-tokoh besar, semakin menunjukkan inkonsistensi dan kekonyolan dalam membantah laporan tersebut.
Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, menilai daftar tokoh terkorup dunia yang dirilis OCCRP sebagai bagian dari kampanye politik dengan agenda tertentu. Pernyataan ini disampaikan di Kantor PBNU, Jakarta, Jumat (3/1/2025).
Rocky Gerung menilai bahwa pembelaan para pendukung Jokowi terhadap laporan OCCRP cenderung tidak rasional.
Baca Juga: Rocky Gerung Kritik PBNU, Kenapa Bela Jokowi dalam Kasus OCCRP?
“Terlihat makin konyol argumen dari para pendukung Jokowi tentang keputusan dari OCCRP itu,” gamblangnya dilansir dari youtube Rocky Gerung Official.
Salah satu argumen yang dianggap konyol adalah anggapan bahwa OCCRP tidak memiliki data pengadilan yang membuktikan Jokowi bersalah.
Menurut Rocky Gerung, pendekatan semacam itu menunjukkan kelemahan logika, karena laporan OCCRP justru berangkat dari data yang tersedia di ruang publik dan opini masyarakat yang telah lama membahas dugaan korupsi di lingkaran pemerintahan Jokowi.
Baca Juga: Selamat Ginting: Jokowi Dari Pemimpin Merakyat ke Tudingan Korupsi
Ia juga menekankan bahwa laporan ini menjadi pengingat bahwa dugaan korupsi, seperti gratifikasi dan pencucian uang yang tidak pernah diproses oleh otoritas hukum di Indonesia, dapat menjadi dasar untuk penyelidikan lebih lanjut di masa depan.
Hal ini membuka peluang untuk mengungkap berbagai kasus yang selama ini dianggap tidak tersentuh hukum.
Rocky Gerung menyoroti beberapa isu utama yang dianggap sebagai bentuk korupsi sistemik di era Jokowi.
Salah satunya adalah manipulasi terkait kebijakan ekspor nikel ke Tiongkok. Pemerintah sebelumnya menyatakan bahwa Indonesia tidak mengekspor nikel mentah, namun data internasional menyebutkan sebaliknya, dengan jumlah ekspor mencapai jutaan ton.
Ia menyebut hal ini sebagai bentuk penipuan terhadap publik yang bermuara pada dugaan manipulasi anggaran.