Bisnisbandung.com - Feri Amsari seorang pengamat politik mengungkapkan pendapatnya mengenai kondisi Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Menurut Feri Amsari semakin jauh dari cita-cita reformasi yang sudah dimulai sejak 25 tahun lalu.
Feri Amsari menjelaskan meskipun Polri telah berusaha untuk memperbaiki diri dalam waktu tersebut, dalam 10 tahun terakhir terutama selama kepemimpinan Jokowi institusi ini justru mengalami kemunduran yang signifikan.
Baca Juga: Ade Armando Geram Terhadap PDIP: Hati-Hati Dalam Melontarkan Tuduhan
Feri Amsari mengkritik keras transformasi Polri yang kini lebih berfungsi sebagai "alat negara" yang melayani pengusaha dan kepentingan politik tertentu daripada menjaga keamanan dan ketertiban publik.
Dikutip dari youtube Indonesia Lawyers Club, Feri Amsari mencatat "Di sejumlah wilayah seperti Sulawesi Tengah dan Poso kepolisian terlibat dalam bisnis yang seharusnya tidak menjadi urusan mereka."
Kasus-kasus seperti penggelapan BBM di Papua dan peran Polri dalam sejumlah konflik politik membuktikan bahwa polisi kini lebih banyak melayani kepentingan pribadi daripada publik.
Feri Amsari juga menyoroti bagaimana kepolisian yang dulunya berusaha untuk berbenah justru "dirusak" oleh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan Jokowi.
Baca Juga: Benarkah ‘Parcok’ Itu Ada? Adi Prayitno: Panggil mereka! Tunjukkan Bukti-Buktinya
Menurutnya dalam beberapa tahun terakhir Polri telah berubah menjadi alat politik yang mendukung kepentingan partai tertentu.
Hal ini terlihat jelas saat pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan Pemilu Presiden 2024 di mana Polri dituduh ikut campur dalam proses pemilu.
Dengan mengeluarkan kebijakan yang mencurigakan seperti indeks kerawanan Pilkada yang tidak sesuai dengan standar Bawaslu.
Meskipun ada sejumlah anggota kepolisian yang masih berusaha menjalankan tugasnya dengan baik seperti seorang polisi di Padang yang tetap setia mengatur lalu lintas meskipun dalam kondisi hujan gerimis.
Baca Juga: Kecurangan di Pemilu Sejak Pilpres hingga Pilkada, Feri Amsari: Aktor Utamanya adalah Joko Widodo