bisnisbandung.com - Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, menyampaikan keprihatinannya terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia yang dinilai semakin gelap.
Hasto mengatakan bahwa Pilkada serentak 2024 menjadi contoh nyata bagaimana demokrasi dicemari oleh campur tangan berbagai pihak dengan motif kekuasaan.
“Mencermati pelaksanaan Pilkada serentak pada tanggal 27 November kemarin, DPP PDI Perjuangan sangat mengkhawatirkan berkembangnya sisi-sisi gelap demokrasi,” lugasnya dilanisr dari youtube Kompas TV.
Baca Juga: Bangun Karir Bersama PT Serasi Autoraya (SERA) Terbuka Untuk Diploma dan Sarjana
“Sisi gelap ini digerakkan oleh ambisi kekuasaan yang tidak pernah berhenti, yang merupakan perpaduan dari tiga aspek, Ambisi Jokowi sendiri, Gerakan "Parcok" (partai coklat) PJ Kepala Daerah,” sambungnya.
Ia mengidentifikasi tiga aspek utama yang memperburuk kualitas demokrasi di Pilkada, yaitu ambisi politik dari mantan Presiden Jokowi, gerakan yang ia sebut sebagai "Parcok" (partai cokelat), dan peran Penjabat (PJ) Kepala Daerah yang diduga dimanfaatkan untuk tujuan tertentu.
Ia menyatakan bahwa praktik-praktik ini merupakan bentuk pengkhianatan terhadap prinsip demokrasi yang sehat dan adil.
Baca Juga: Anies Baswedan Buka Suara Tentang ‘Kutukan’ Dua Putaran di Pilkada Jakarta
Hasto menyoroti beberapa daerah yang mengalami tekanan politik akibat mobilisasi aparatur negara.
Di Sumatera Utara, misalnya, distribusi bantuan sosial dalam bentuk beras dengan kode tertentu dianggap sebagai simbol dukungan politik.
Hal serupa juga terjadi di Banten dan Jawa Tengah, di mana PDIP menghadapi tekanan besar namun tetap mampu menunjukkan kekuatannya.
Di Jawa Tengah, yang dikenal sebagai basis PDI Perjuangan, Hasto mencatat adanya upaya menghancurkan dominasi partainya.
Namun, ia menegaskan bahwa justru terjadi ekspansi dukungan terhadap partai, bahkan di wilayah yang sebelumnya dianggap tidak mungkin dimenangkan.
Baca Juga: Jawa Tengah Jadi Kandang Bansos, Deddy Sitorus: Kandang Banteng Kini di Jakarta