Bisnisbandung.com - Eep Saefulloh Fatah menilai bahwa kabinet yang dibentuk Presiden Prabowo Subianto menunjukkan pendekatan akomodatif, mengakomodasi berbagai pihak, termasuk partai-partai politik yang tergabung dalam koalisi maupun yang berada di luar parlemen.
Kabinet ini tidak hanya merepresentasikan partai politik yang lolos ambang batas parlemen, tetapi juga mengikutsertakan perwakilan dari partai non-parlemen, kecuali Nasdem dan PDIP.
“Saya melihat bahwa Kabinet Prabowo Subianto, jika diberikan rumusan atau nama atau sifat yang paling tepat, pertama-tama adalah kabinet yang ingin mengakomodasi sebanyak mungkin pihak,” ucapanya dilansir dari youtube Keep Talking.
Baca Juga: Menelusuri Kabinet Prabowo, Eep Saefulloh: Apakah Ini Sebenarnya Zaken Kabinet?
Menurut Eep Saefulloh, pendekatan ini mencerminkan upaya Prabowo untuk membangun pondasi kepemimpinan yang solid dan menjaga stabilitas politik di awal masa jabatannya.
“Ini kabinet yang nampaknya diperlukan oleh Prabowo untuk membangun pondasi kepemimpinan dan kekuasaannya,” lanjutnya.
Ia menyebutkan bahwa karakter kabinet ini tidak sepenuhnya mencerminkan kabinet berbasis keahlian atau ‘zaken kabinet’ yang berfokus pada profesionalisme. Namun, dia menekankan bahwa di tengah tantangan global yang semakin kompleks,
Prabowo tetap berupaya menghadirkan kabinet yang memiliki kompetensi dalam menangani berbagai krisis yang dihadapi Indonesia.
Baca Juga: Kekuasaan dalam Demokrasi, Zainal Arifin Mochtar: Oposisi Kunci Keseimbangan
Dari perspektif Eep, ke depan, Prabowo mungkin akan melakukan penyesuaian lebih lanjut pada kabinetnya, dengan fokus lebih kuat pada keahlian, seiring stabilitas politik yang diharapkan semakin terjaga.
Eep juga menyoroti berbagai tantangan berat yang harus dihadapi kabinet ini, termasuk dampak dari krisis global yang meliputi ketegangan politik dunia, perubahan iklim, serta ancaman ekonomi yang berpotensi mengganggu stabilitas dalam negeri.
Dari sudut pandanganya kabinet Prabowo harus siap menghadapi krisis ekonomi yang dapat muncul akibat perang, perubahan iklim, serta fluktuasi harga energi dan pangan.
Dampak krisis ekonomi global ini bisa memengaruhi kondisi dalam negeri, terutama mengingat angka pengangguran dan pemutusan hubungan kerja yang tinggi serta penurunan kelas menengah di Indonesia.
Baca Juga: Kasus Tom Lembong Dipolitisasi? Anthony Sebut Ada Intervensi dari Presiden Jokowi