Ini menciptakan situasi di mana anggota partai lebih mementingkan keuntungan pribadi daripada kepentingan publik.
Lebih lanjut Eep Saefulloh menegaskan bahwa praktik-praktik semacam ini berakibat fatal bagi demokrasi di Indonesia.
Ia berargumen bahwa kebebasan, partisipasi, dan kompetisi di dalam sistem politik semakin dibatasi.
Contoh yang jelas terlihat dalam Partai Golkar yang hanya memiliki satu calon untuk posisi ketua mencerminkan kemunduran demokrasi internal.
Sebagai solusi Eep Saefulloh mengajak masyarakat untuk memperkuat demokrasi dengan meningkatkan kualitas warga negara.
Menurutnya warga negara yang baik adalah mereka yang sadar akan hak dan kewajiban, serta tidak bergantung pada pemimpin politik.
"Kita harus melawan praktik pembunuhan demokrasi ini dengan cara yang beradab," tutupnya.***