Bisnisbandung.com - Sepuluh tahun pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) meninggalkan jejak yang signifikan dalam perjalanan politik Indonesia.
Dalam sebuah video YouTube Okky Madasari, dirinya mengungkapkan pandangannya mengenai konsep revolusi mental yang digembar-gemborkan Jokowi dan bagaimana hal itu tampak seolah-olah hanya sekadar jargon politik.
Sastrawan dan sosiolog Indonesia Okky Madasari memulai pembahasannya dengan mengingat kembali peluncuran buku Revolusi Mental yang ditulis Jokowi dan sejumlah tokoh intelektual pada 2014.
Baca Juga: Cara Menenangkan Hati Dalam Segala Situasi
Buku ini tidak hanya berfungsi sebagai dokumen visi tetapi juga sebagai alat propaganda untuk membangun citra kepemimpinan yang kuat.
Namun seiring berjalannya waktu masyarakat mulai mempertanyakan efektivitas dari visi tersebut.
Okky Madasari menjelaskan “Revolusi mental seharusnya menjadi langkah awal untuk membangun bangsa melalui investasi pada pendidikan dan pembangunan manusia.”
“Namun setelah sepuluh tahun kita justru melihat pengkhianatan terhadap gagasan itu,” ungkap Okky Madasari.
Baca Juga: Melalui SMEstaTalk, BRI Dukung UMKM Indonesia Menembus Pasar Global
Menurutnya banyak intelektual yang pada awalnya mendukung Jokowi kini berbalik arah mengkritik kebijakan dan tindakan pemerintah yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dan etika.
“Kita perlu mengingat bahwa intelektual seharusnya menjadi garda terdepan dalam mengawasi kekuasaan. Namun banyak dari mereka yang tampaknya terlambat menyadari bahwa mereka juga terlibat dalam memfasilitasi narasi yang menyesatkan,” tegasnya.
Tak hanya itu Okky Madasari juga menyinggung soal praktik nepotisme yang terjadi di bawah pemerintahan Jokowi.
Penunjukan anak dan menantu Jokowi sebagai kepala daerah menunjukkan adanya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip revolusi mental yang seharusnya mengedepankan meritokrasi dan keadilan.
“Ketika kebijakan-kebijakan ini diambil tanpa mempertimbangkan suara masyarakat maka intelektual pun harusnya berani bersuara. Sayangnya,banyak yang hanya mengkritik setelah segalanya terlambat,” imbuhnya.
Baca Juga: 7 Hal yang Dapat Terjadi Apabila Salah Memilih Pasangan