"Fungsi akal untuk mengaktifkan keadilan sudah digantikan oleh amplop. Banyak hasil survei yang bisa dimanipulasi dengan uang," katanya.
Ia menggambarkan bagaimana survei elektabilitas seringkali diwarnai dengan suap dan transaksi politik sehingga hasilnya tak mencerminkan kualitas calon pemimpin yang sebenarnya.
Rocky Gerung juga mengkritik kondisi sosial ekonomi Indonesia yang menurutnya semakin memperburuk situasi.
Ia menyebut angka stunting yang tinggi dan rendahnya pendapatan per kapita sebagai indikasi gagalnya kebijakan pemerintah dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi persaingan global di tahun 2045.
Baca Juga: BRI Menggali Potensi Lokal, Angkat Ekonomi Tuban dengan Pemberdayaan Petani Kelengkeng
"Bagaimana kita bisa bersaing dengan negara lain kalau otak anak-anak kita cacat karena kurang gizi? Ini masalah serius yang diabaikan pemerintah," ucapnya.
Rocky Gerung berpesan tajam bahwa hanya pemimpin bodoh yang mengukur dirinya dari elektabilitas semata tanpa memperhatikan etika dan intelektualitas.
"Kita butuh pemimpin yang tidak hanya populer tapi juga bermoral dan cerdas," tutupnya.***