Kemunculan dua putra Jokowi, satu sebagai wakil presiden dan yang lainnya memimpin partai politik, menjadi tanda kuat dari praktik nepotisme dalam pemerintahan.
Hal ini menjadi salah satu titik penting dalam kritik Eep Saefulloh terhadap transformasi kepemimpinan Jokowi, dari seorang reformis yang dipercaya mampu menjaga prinsip meritokrasi, menjadi pemimpin yang diduga mengembangkan politik dinasti.
Lebih lanjut, Eep Saefulloh menyoroti kebijakan kontroversial lainnya, seperti pelaksanaan proyek Ibu Kota Negara (IKN) dan pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja yang dinilai tergesa-gesa.
Langkah-langkah ini, menurut Eep Saefulloh, merupakan bagian dari upaya Jokowi untuk meninggalkan "legacy" atau warisan politik.
Baca Juga: Muncul Pasukan Berani Mati Bela Jokowi, Gatot Nurmantyo Ungkap Itu Hoaks
Namun, ketergesaan dalam pelaksanaan proyek-proyek ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya di masa depan.
Kritik yang disampaikan oleh Eep Saefulloh Fatah mempertegas transformasi Jokowi dari seorang yang awalnya dianggap sebagai simbol reformasi, menjadi sosok yang kini dicemaskan karena praktik nepotisme dan kebijakan yang menabrak banyak aturan.
“Ini yang kemudian menjadi pokok soal ketika Jokowi akan menanggalkan atau meninggalkan kekuasaannya,” ungkap Eep Saefuloh dilansir dari youtube keep talking.
“Sebab, di ujung itulah orang mengendus bau yang amat sangat kuat tentang politik dinasti, ketika ia menjadi begitu nepotis,” terusnya.***
Baca Juga: Mendikte Prabowo? Jeffrie Geovanie Tegaskan Parpol Harus Satu Barisan