nasional

Jokowi Diolok-olok Dengan Nama Mulyono, Gatot Nurmantyo: Saya Sedih Bagaimanapun Dia Presiden RI

Minggu, 22 September 2024 | 10:37 WIB
Gatot Nurmantyo (Tangkap layar youtube Hersubeno Point)

Bisnisbandung.com - Fenomena olok-olok yang dialamatkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan nama "Mulyono" tengah menjadi sorotan publik.

Sebagai seorang pemimpin negara, Jokowi mendapatkan penghinaan di berbagai tempat, termasuk dalam acara-acara besar seperti pertandingan sepak bola. Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, mengungkapkan rasa prihatin terhadap situasi ini.

“Sebenarnya saya sedih. Bagaimanapun, Pak Jokowi adalah Presiden Republik Indonesia. Setuju atau tidak, beliau mewakili orang terbaik di Indonesia saat ini. Suka atau tidak suka, kenyataannya demikian,” jelasnya.

“Tetapi fenomena seperti ini di media sosial sangat parah. Sampai-sampai saya tidak ingin menyebutkan lebih jauh, karena namanya media sosial, tentu saja tidak hanya terbatas di Indonesia,” sambungnya dilansir dari youtube Hersubeno Point.

Baca Juga: Muncul Pasukan Berani Mati Bela Jokowi, Gatot Nurmantyo Ungkap Itu Hoaks

Meskipun situasi tersebut muncul di berbagai wilayah, Gatot Nurmantyo menyatakan bahwa tindakan seperti itu mencerminkan kondisi yang kurang sehat dalam tatanan sosial masyarakat.

Presiden, bagaimanapun, tetaplah simbol negara yang harus dihormati. Gatot Nurmantyo mengakui bahwa nama "Mulyono" sering kali diteriakkan di hadapan Jokowi, bahkan saat beliau menghadiri acara publik.

Hal ini menjadi tantangan serius bagi citra Indonesia, baik di mata masyarakat dalam negeri maupun dunia internasional.

Baca Juga: Hacker Beraksi Menjelang Pergantian Kekuasaan Jokowi ke Prabowo, Rocky Gerung Curigai Adanya Relasi

Menurut Gatot Nurmantyo, fenomena penghinaan terhadap presiden bukanlah sesuatu yang sepele. Kondisi ini menandakan adanya rasa ketidakpuasan yang meluas di masyarakat.

Meski begitu, ia menyadari bahwa tindakan masyarakat yang melampiaskan kekecewaan tersebut bukan sepenuhnya salah mereka.

Faktor ekonomi yang memprihatinkan, seperti kurangnya lapangan kerja dan menurunnya daya beli, turut menjadi penyebab utama meningkatnya frustrasi publik.

Gatot Nurmatyo juga menyebutkan bahwa data dari beberapa survei menunjukkan daya beli masyarakat Indonesia mengalami penurunan yang signifikan.

Baca Juga: Mendikte Prabowo? Jeffrie Geovanie Tegaskan Parpol Harus Satu Barisan

Halaman:

Tags

Terkini