Bisnisbandung.com - Jurnalis senior Hersubeno Arief mengungkapkan bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebenarnya memiliki peluang kuat untuk menyentil Presiden Jokowi berdasarkan pernyataan yang pernah disampaikan oleh Jokowi sendiri.
Hal ini sebagai tanggapanya mengenai polemik Hasto yang sentil Jokowi dengan bukti hoax, hingga memicu reaksi keras dari Istana. Bahkan Grace Natalie mengaggap itu bisa disebut fitnah.
Padahal, menurut Hersubeno Arief ada sebuah video yang sebenarnya membuktikan bahwa Jokowi punya alat untuk menyerang lawan politiknya.
“Momentum tersebut adalah ketika Pak Jokowi bertemu dengan relawan Seknas (Sekretariat Nasional), pendukungnya, dan mengaku bahwa dia memiliki data intelijen tentang pergerakan dari partai-partai politik,” ujarnya.
Baca Juga: Prabowo Menjadi Presiden Boneka di Bawah Bayang Jokowi, Eep Saefulloh: Tidak Mungkin
Jurnalis Senior itu menyoroti bahwa dalam sebuah pertemuan dengan relawan Seknas di Bogor pada 16 September 2023, Jokowi secara terbuka mengaku memiliki data intelijen mengenai pergerakan partai-partai politik di Indonesia.
Dalam pidatonya, Jokowi menyatakan bahwa ia memiliki informasi lengkap dari berbagai sumber intelijen, termasuk Badan Intelijen Negara (BIN), Polri, dan TNI, yang memberinya gambaran jelas mengenai arah dan orientasi partai-partai politik.
Pengakuan ini, menurut Hersubeno, menunjukkan bahwa Jokowi telah melakukan pengawasan terhadap partai-partai politik, terutama dalam konteks pemilihan presiden.
Hersubeno mengungkapkan bahwa jika situasi serupa terjadi di negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat, pengakuan semacam ini bisa menjadi dasar untuk menjatuhkan seorang presiden.
Baca Juga: Indonesia is Not For Sale, Merdeka! : Pesan Warga Kaltim Korban IKN Pada Saat Momentum HUT RI ke-79
Hersubeno juga mengaitkan pernyataan Jokowi ini dengan upaya presiden untuk memastikan hanya ada dua pasangan calon dalam Pilpres 2024, di mana kedua pasangan calon tersebut berasal dari koalisi partai pemerintah.
“Pada waktu itu, kita tahu, Pak Jokowi berusaha agar calon presiden yang ada hanya maksimal dua pasangan calon, dan dua pasangan calon tersebut semua berasal dari partai pemerintah,” ungkap Hersubeno Arief.
“Ini mirip dengan situasi Pilkada sekarang, tetapi Pilkada ini lebih parah karena semuanya disatukan dalam satu koalisi saja,” sambungnya.
Baca Juga: Ketegangan Memanas! Hasto Perlihatkan Rekaman Jokowi Intimidasi, Rocky Gerung Ungkap Tidak Terkejut