Bisnisbandung.com - Industri tekstil di Indonesia sedang mengalami masa-masa sulit dengan maraknya PHK massal yang membawa dampak besar ke berbagai sektor.
Seorang konsultan bisnis terkenal, Coach Tom, melalui channel YouTube Tom MC Ifle, mengungkapkan efek domino dari ambruknya industri tekstil ini.
Dalam videonya, Coach Tom menjelaskan bahwa dampak dari kejatuhan industri tekstil tidak hanya dirasakan oleh pemilik pabrik dan karyawan saja.
Banyak sektor informal yang turut merasakan imbasnya. "Nah, apa dampaknya hanya pemilik pabrik dan karyawan aja? Enggak! Jangan salah, banyak pekerjaan informal yang juga kena," tegasnya.
Contoh konkret yang disebutkan adalah bisnis kos-kosan. Banyak yang dulunya penuh dengan penghuni dari kalangan karyawan pabrik, sekarang sepi karena banyak yang terkena PHK dan kehilangan pekerjaan.
"Katering makanan yang biasa untuk karyawan ya bisa jadi enggak dapat order, ojek pangkalan yang biasa mangkal dekat pabrik juga bisa enggak dapat orderan, ya nggak cuma situlah sektor transportasi umum juga pasti akan terancam," tambah Coach Tom.
Baca Juga: Penembakan Donald Trump Bisa Berdampak Ke Politik Dunia, Rocky Gerung: Ini Imbasnya Bagi Indonesia
Coach Tom juga menyebutkan bahwa saat ini sekitar 7,18% pekerja komuter menggunakan transportasi umum seperti kereta untuk berangkat kerja.
Namun, dalam satu tahun terakhir, grafik pengguna kereta turun sebesar 6,49%. "Kalau PHK makin gila-gilaan, penumpang kereta bisa jadi makin turun, siapa yang repot?" katanya.
Lebih lanjut, Coach Tom menjelaskan tentang konsep "jobless growth cycle". Menurutnya, masalah PHK ini seperti benang kusut yang membawa kita masuk ke dalam siklus pertumbuhan ekonomi tanpa penambahan lapangan kerja.
Baca Juga: Heboh Duet 'KABAH', Jusuf Hamka Perkenalkan Duet Kaesang dan Babah
"Ini konsep pertumbuhan ekonomi yang hadir tanpa ada penambahan lapangan kerja. Fenomena ini bisa terjadi ketika negara pulih dari resesi. Ya, kita baru juga selesai dari resesi COVID-19," jelas Coach Tom.
Coach Tom juga membandingkan dengan kondisi di India, di mana pertumbuhan ekonomi pesat mencapai 6,9%, namun lapangan kerja untuk kelompok lain hampir tidak ada.