Ketika mengalami kesedihan, orang yang berduka bisa merasa putus asa dan akhirnya berandai-andai. Jika saja dulu sebelum orang yang dicintainya meninggal, ia bisa melakukan hal-hal tertentu, mungkin saja kenyataannya akan berbeda.
Pada tahap ini mereka bisa saja bertanya-tanya kepada diri sendiri, “bagaimana jika…” atau “seandainya saja…” Tahap ini muncul sebagai penawar agar tidak merasakan sakitnya kehilangan.
Tahap ini bisa terjadi cukup lama, tergantung kepada pengendalian emosi dan logika orang yang berduka. Ketika akhirnya orang yang berduka sadar bahwa ia sudah tidak berada di masa lalu lagi maka ia akan berusaha keluar dari rasa sakit itu sendiri.
Tahap ini bisa menjadi tidak rasional seperti,
“Kalau saja saya lebih sering menemaninya, saya pasti tau ada yang tidak beres.”
“Kalau saja saya membawanya ke dokter lebih cepat, ia tidak akan meninggal."
“Kalau Tuhan bisa membangkitkannya kembali, saya janji tidak akan berbohong lagi.”
Dalam tahap ini seorang yang sedang berduka perlu memiliki teman untuk berbagi cerita. Teman yang mendukung dan menjawab semua tawar menawar pengandaiannya itu dengan sebuah jawaban yang masuk akal.
Pengertian bahwa semua yang terjadi adalah atas kuasa Tuhan. Manusia tidak bisa mengubah keadaan apapun.
Kalaupun semua hal untuk mencegah kematian itu kita lakukan, jika Tuhan sudah merencanakannya, pasti akan terjadi.
Baca Juga: Jokowi Goda PKS, Rocky Gerung: Agar Tak Dukung Anies di Pilgub DKI
Tahap Keempat
Depresi (Depression)
Rasa kehilangan yang mendalam dan terjadi dalam kurun waktu yang lama bisa memunculkan perasaan hampa pada diri seseorang yang berduka.
Perasaan hampa dan kesedihan yang mendalam akan masuk ke tahap depresi yang lebih berbahaya. Depresi merupakan sebuah tekanan pada mental seseorang yang mengakibatkan orang tersebut menarik diri dari kehidupan sosialnya.