Hal ini dikarenakan bunga yang tinggi secara tidak langsung bisa bikin masyarakat jadi kesusahan membayarnya.
Baca Juga: Prioritas Menko Polhukam Hadi Tjahjanto: Kondusifitas Utama Menuju Pelantikan Presiden
Ternyata cara ini pun terbilang sangat efektif sehingga jumlah perusahaan pinjol di China menurun drastis.
Menariknya lagi, regulator perusahaan perbankan China sudah menutup semua platform peer-to-peer lending.
Platform peer-to-peer lending nantinya akan menyeleksi dan menyetujui pinjaman dana oleh peminjam.
Baca Juga: Tindak Tegas Mafia Tanah, Pesan Wakil Presiden untuk AHY
Berbanding terbalik dengan Indonesia yang sampai saat ini masih banyak pinjol memberikan bunga tinggi.
Bahkan saking tinggi bunganya yang diberikan oleh pinjol itu angkanya menyentuh lebih dari 100% per tahunnya.
Pengguna pinjol didominasi kalangan guru, karyawan swasta, pekerja informal, sampai ibu rumah tangga.
Baca Juga: Islamophobia Semakin Marak di Prancis, Inilah Akar Masalahnya
Karena bunganya yang tinggi, maka banyak juga pengguna pinjol akhirnya kesulitan bayar sampai data pribadinya tersebar.
Berdasarkan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), anak muda Gen-Z dan Milenial menjadi penyumbang terbesar kredit macet perusahaan finansial.
Meskipun sampai sekarang belum ada hukuman pidana bagi mereka yang menunggak membayar utang pinjol.
Baca Juga: 3 Hal yang Orang lain Nilai Saat Pertama Kali Bertemu, Menurut Seorang Antropologi Biologi
Walaupun OJK berperan penting untuk mengatur dan mengawasi industri jasa keuangan Indonesia serta melindungi konsumen dan masyarakat.