Bisnisbandung.com - Pada akhir tahun 2016, terjadi krisis yang menyebabkan pengungsi Rohingya mencapai puncaknya.
Ketika itu militer di Myanmar menganiaya sejumlah muslim Rohingya yang berada di Rakhine Utara.
Hal tersebut mengakibatkan lebih dari 700 ribu pengungsi Rohingya mencari perlindungan ke luar negeri tahun 2017.
Sebagaimana diketahui, Indonesia juga menjadi salah satu destinasi para pengungsi Rohingya karena satu alasan atau hal lainnya.
Krisis bagi pengungsi Rohingya sendiri dimulai sekitar tahun 1970 oleh Pemerintah dan warga nasionalis yang berasal dari kelompok etnis dan agama berbeda.
Namun hal ini memuncak pada akhir tahun 2016 di Rakhine bagian Utara, muslim Rohingya diburu, dipersekusi oleh militer Myanmar yang disebut Tatmadaw.
Baca Juga: Populisme Politik: Analisis atas Fenomena Global
Tercatat sebanyak 25 ribu lebih korban jiwa, 700 ribu lebih orang kabur menjadi pengungsi, dan 600 ribu lebih tetap tinggal tetapi depresi.
Membludaknya jumlah pengungsi tahun 2017 akhirnya dapat ditampung karena kerja sama UNHCR yang mengurus soal pengungsi dengan Bangladesh.
Pengungsian dialokasikan di Kamp Pengungsian Kutupalong, Cox's Bazar, Bangladesh, daerah seluas 13 km2 dengan 598.545 pengungsi tahun 2020.
Baca Juga: Peran Perempuan dalam Politik: Menyeimbangkan Kekuatan
Dari sana, kondisi hidup di Kutupalong makin buruk sehingga angka kriminalitas tinggi, kesulitan pangan, air, dan pendidikan.
Pada akhirnya banyak pengungsi memutuskan pergi ke berbagai negara demi keberlangsungan hidupnya.