Gibran Rakabuming Raka, sang Wali Kota Solo, sepertinya semakin mendekati posisi Calon Wakil Presiden (Cawapres) Prabowo Subianto, meski secara resmi belum diumumkan.
Kabar baik ini datang setelah Partai Golkar secara resmi menyatakan dukungannya untuk Gibran sebagai cawapres Prabowo dalam Pemilihan Presiden 2024.
Keputusan ini diambil dalam Rapat Kerja Nasional (Rapimnas) Partai Golkar hari ini yang dipimpin oleh Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto.
Baca Juga: Agensi Konfirmasi Aktor ‘L’ yang Terjerat Kasus Narkoba Adalah Aktor Lee Sunkyun!
Setelah pengumuman ini, nama Gibran langsung meroket menjadi trending topic di Twitter, dengan ribuan cuitan dari netizen yang tak sabar berbicara tentangnya.
Tifatul Sembiring, politisi PKS, merespons dengan cuitan, "Eng...ing...eng...Golkar usung kader PDIP jadi Cawapres...? Kau yang mulai, kau yang meng- akhiri. Kau yang berjanji, kau yang...IniPolitikSodara2."
Sementara Andre Rosiade, politisi Gerindra, menyatakan, "Majunya mas Gibran tidak bisa dibilang politik dinasti, karena ini melewati mekanisme pemilihan secara langsung, semua kembali kepada rakyat, rakyat yang memutuskan.".
Baca Juga: Gerakan Perlawanan atau Ancaman Teroris? Ini Dia Peran Hamas Dalam Konflik Israel Palestina
Banyak netizen penasaran apakah pengumuman resmi tentang pasangan Prabowo dan Gibran akan segera dilakukan atau tidak.
Mengingat dua pasangan lain, yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md, sudah secara resmi mendaftar sebagai calon presiden dan cawapres.
Ada netizen yang bertanya, "Saya jadi penasaran juga, kenapa ya ngebet banget kudu Gibran maju - kalau akhirnya maju?" serta pertanyaan lainnya mengenai tanggapan dari Cikeas terhadap hal ini.
Baca Juga: Yuk Lawan Capek! 4 Tips Mengatasi Badan Lemas Dan Gampang Lelah
Tentu saja, pro dan kontra muncul di kalangan netizen. Ada yang mendukung dengan komentar, "Saya dukung Mas @gibran_tweet !!! Maju terus Mas Wali, Biarkan mereka kejang2,".
Sementara yang kontra berpendapat, "Gibran blm teruji, jadi walikota aja baru 2 tahun masa iya negara sebesar Indonesia mau di pake percobaan, masih butuh waktu dan pembuktian, jadi gak ujug² make jalur instan."