Bisnisbandung.com - Pada Kamis (19/10/2023) malam, serangan udara dilaporkan telah dilancarkan oleh Israel hingga mengepung dan menghancurkan Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius di Kota Gaza.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Palestina, serangan ini mengakibatkan korban jiwa dan melukai banyak pengungsi yang sedang berlindung di gereja tersebut.
Gereja ini, yang memiliki sejarah panjang, telah menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari 500 warga Palestina, baik Muslim maupun Kristen.
Baca Juga: Presiden Jokowi Sampaikan Isu Ekonomi hingga Kemanusiaan saat Hadiri KTT ASEAN-GCC
Sasaran serangan sepertinya adalah lokasi dekat gereja, dan militer Israel mengklaim bahwa serangan tersebut bertujuan untuk menghantam pusat komando dan pengendalian yang terlibut dalam peluncuran roket dan mortir ke arah Israel.
Dalam tanggapan atas serangan ini, Patriarkat Ortodoks Yunani di Yerusalem mengeluarkan pernyataan keras, mengecam tindakan Israel yang menargetkan gereja dan lembaganya.
Mereka menyebut serangan tersebut sebagai kejahatan perang yang tidak dapat diabaikan.
Gereja Saint Porphyrius sendiri sudah berdiri sejak sekitar tahun 1150 dan merupakan salah satu gereja tertua yang masih berfungsi di Gaza.
Baca Juga: Jelang Pemilu 2024, Wapres Minta Media Sebagai Jembatan Informasi Jaga Integritas
Gereja ini terletak di wilayah bersejarah Kota Gaza dan telah menawarkan perlindungan kepada orang-orang dari berbagai agama selama berabad-abad.
Serangan terhadap gereja ini terjadi dalam konteks ketegangan yang sudah lama terjadi di wilayah Gaza.
Ketegangan semakin meningkat setelah serangan oleh pejuang Hamas pada 7 Oktober yang dilaporkan oleh Israel telah menewaskan sekitar 1.400 orang, dengan mayoritas korban adalah warga sipil.
Baca Juga: Gerakan Perlawanan atau Ancaman Teroris? Ini Dia Peran Hamas Dalam Konflik Israel Palestina
Sejak saat itu, kampanye militer Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 3.785 warga Palestina, dengan mayoritas dari mereka adalah warga sipil.