Bisnisbandung.com-Pengorbanan Riau untuk keberlangsungan bayi baru lahir bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tidak dapat ditandingi provinsi lainnya di Nusantara.
Sejak awal kali Proklamasi diucapkan oleh Dwi Tunggal, Soekarno-Hatta, 17 AGustus 1945, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II, tak perlu waktu yang lama untuk mengatakan gabung ke ibu pertiwi.
Sulltan Siak ini tidak cuma mengatakan bergabung demikian saja, bahkan juga dia memberikan harta dalam jumlah banyak saat itu 13 juta Gulden Belanda untuk modal perjuangan menjaga kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Apa Itu Bahasa Pemrograman Python? Penjelasan dan Cara Instalnya di Hosting
"Setidaknya Sultan Syarif Kasim II memberikan ke Indonesia melalui Soekarno sejumlah uang sebesar 13 juta Gulden Belanda, Mahkota berlian miliknya, dan pedang keris dan sejumlah harta berharga yang lain," kata Bupati Siak, Syamsuar yang dikutip dari Kumparan.
Tidak cuma uang 13 juta Gulden Belanda saja diberikan Sultan ke Indonesia, tetapi daerah kerajaannya, dimulai dari Sumatera Timur, mencakup Kerajaan Melayu Deli, Serdang, Bedagai sampai Provinsi Riau dan Kepulauan Riau sekarang ini. Termasuk Istana saat ini.
Pada dua propinsi paling akhir, khususnya Riau, semenjak jaman Belanda telah dilaksanakan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas (Migas) dengan kualitas terbaik di dunia.
Bantuan dari perut bumi Riau berbentuk Migas tersebut sepanjang semenjak Indonesia merdeka sampai saat ini, menjaga negara namanya Indonesia ini.
Baca Juga: Tinjauan Komprehensif Broker Finex: Membongkar Klaim Finex Berjangka Indonesia Penipuan
Bila dihitung, bantuan Sultan Siak sekitar 13 juta Gulden Belanda, sama dengan kurang lebih 69 Juta Euro. Jumlah itu bila di Rupiahkan sekitaran Rp 1,074 Triliun.
Bantuan Sultan Siak itu adalah bantuan paling besar kerajaan-kerajaan di nusantara untuk bayi baru lahir, Indonesia. Bandingkan dengan Kesultanan Yogyakarta. Raja Hamengku Buwono IX hanya menyumbang 6,5 juta Gulden Belanda untuk modal perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Di tahun 2016 lalu, Pemerintahan Kabupaten Siak membangun Tugu Penyerahan Kesultanan Siak ke Republik Indonesia, sebagai gambaran perjuangan Sultan Syarif Kasim II, seorang nasionalis relijius sejati.
Tugu Peringatan Penyerahan Kesultanan Siak ke pemerintahan Republik Indonesia ini peletakkan batu pertamanya dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Baca Juga: Solo Traveling : Inilah 6 Barang Wajib Dibawa saat Naik Kereta Jarak Jauh
Pernyataan penyerahan kekuasaan ke Soekarno, katanya, penuh dengan penuh makna. "Itu adalah pernyataan tidak jadi Sultan lagi. Sultan siap tidak ada di Istana, menjadi masyarakat biasa, sama dengan masyarakat yang lain," kata Syamsuar.
Bukan itu saja, papar Syamsuar, Sultan Syarif Kasim II seorang pejuang untuk masyarakat Riau, tetapi berusaha sampai ke Aceh.
"Sultan itu anggota resimen dengan pangkal Kolonel bergabung dalam resimen Rencong di Aceh. Sultan dengan kesadarannya menaikkan bendera merah putih yang dijahit permaisuri, istrinya di halaman Istana Siak," kata Syamsuar.