Tetapi dalam kasus beras, kelebihan stok justru tidak menekan harga, mengindikasikan adanya masalah struktural dalam sistem distribusi dan tata niaga.
Selain itu, efek dari penyerapan gabah tanpa memperhatikan kualitas juga menciptakan disinsentif bagi petani untuk mengembangkan varietas unggul.
Hal ini berpotensi menurunkan daya saing produksi dalam negeri dan menciptakan ketergantungan pada praktik subsidi tanpa memperbaiki fundamental produksi.
CELIOS menegaskan bahwa keberhasilan dalam sektor beras tidak cukup hanya diukur dari jumlah stok atau swasembada.
“Jadi kalau sekarang pemerintah menyalahkan, kenapa beras misalnya kualitasnya kurang bagus, harganya naik di atas harga eceran tertinggi, maka salahkan juga, evaluasi juga dari sisi serapan gabahnya itu,” terangnya.***
Baca Juga: Sindiran Telak Rocky Gerung: Putusan MK soal Gibran Lebih Parah dari Pemilu Dipisah!
Artikel Terkait
Beraninya Bagi-Bagi Beras, Sobary Sentil Wapres Fufu Fafa: Dialog Mahasiswa Ogah
Mentan Andi Amran Bongkar Praktik Mafia Beras, Sempat Ditegur Wakil Presiden
Pemerintah Pangkas Birokrasi, Zulhas Yakini Indonesia Tak Perlu Impor Beras
"Jasa Beliau Tak Terhitung" Prabowo Akui Peran Jokowi dalam Surplus Beras Indonesia
Mentan Amran Ungkap Anomali Harga Beras di Tengah Stok Tertinggi 57 Tahun
Potensi Rugi Konsumen Capai Rp99 Triliun, Dugaan Kecurangan 212 Merek Beras