Aktivitas "belusukan" seperti mengunjungi sekolah dan membagikan buku maupun susu gratis pun dinilai belum cukup sebagai tolok ukur kinerja nyata.
Selain itu Adi Prayitno mengingatkan bahwa pernyataan tersebut sangat dipengaruhi oleh kedekatan politik dan personal Adi Armando dengan Gibran dan partai PSI yang memang memberikan dukungan kuat kepadanya.
"Ini pernyataan subjektif yang wajar dalam dunia politik," ujarnya.
Di sisi lain publik menilai klaim itu terlalu dini dan simplistis.
Baca Juga: Serupa Tapi Tak Sama? KDM Blusukan, Jokowi Cuma Foto, Ini Kata Pegiat Media Sosial
Mereka mempertanyakan apakah Gibran sudah layak dibandingkan dengan wapres sebelumnya seperti Jusuf Kalla, Kiai Maruf Amin, atau Boediono yang pernah mendampingi Jokowi.
Dalam demokrasi perbedaan pendapat semacam ini biasa terjadi.
"Kita tidak bisa memaksakan pendapat harus seragam. Yang penting adalah kebebasan berpendapat tanpa fitnah," pungkas Adi Prayitno.***
Artikel Terkait
Dicintai Warga Tapi Dibenci PDIP, Kisah Dedi Mulyadi Versi Ade Armando
Jokowi Rebut Peran Gibran, Begini Kritik Pedas Budayawan Mohamad Sobary
Gubernur Dedi Mulyadi Disebut Otoriter? Pengamat: Tapi Efektif dan Rakyat Suka!
Kongres PDIP Ditunda, Ada Apa? Ini Kata Pengamat Politik
Walk Out Bareng! Sindiran Gubernur Dedi Mulyadi untuk DPRD PDIP Jawa Barat
Rapat DPRD Jawa Barat Memanas, Dedi Mulyadi dan Ono Surono Jadi Fokus Kamera