Dan akun @tonija23 : Percuma pak wapres, berprestasi tetep kalah sama ordal
Sementara @fadrymoh menilai Gibran sekadar menumpang popularitas film animasi “Jumbo” yang tengah naik daun.
“dari kampanye lu bangga-banggain Al mulu,
tapi setelah film Jumbo meledak, out of nowhere lu
bilang "Ini menjadi era baru industri animasi Indonesia."
padahal selama ini lu gada bantu apapun bahkan
mendukung kemunduran Animasi lokal karena Al yg lu
agung-agungkan itu. Go away u party pooper!” tulisnya.
Ada juga dari akun @ank30-v5b : Kebiasaan jdi benalu, pas ada momen film animasi yg lgi hype langsung riding the wave wkwkwk pdhl dia aja dukung penggunaan Al di dunia kreatif. Kocak lu gib
Dan juga @OEineLernende : Di sini lo mengapresiasi film Jumbo, tapi belakangan aktualisasi lo dan orang? pemerintahan malah membuat para animator hampir sekarat dengan maraknya kalian menggunakan animasi Al. Apa yang dikatakan gak sejalan dengan realita.
Lalu akun @zaid_ram : Emang pemerintah kita tidak mendukung sama sekali (yg iklannya pakai Ai), tapi setidaknya negara tetangga kira support.
Komentar serupa juga datang dari akun @matamataejen yang menyindir sikap pemerintah yang dianggap abai terhadap pendanaan industri animasi lokal.
“Jan bawa bawa Jumbo plis, jan numpang tenar. Selama ini elu yg ngegencarin Al, pas ada animasi ini, masyarakat indo sendiri yg mati matian ngedukung ni animasi ampe otw masuk top 3 film terlaris sepanjang masa di indonesia. Peran pemerintah mana coba, ngedanain untuk pembuatan animasinya aja ga. Malu kali ama tetangga yg ada Badan pemerintahannya yg ngurus pendanaan animasi buatan sana bukan sekedar ngomong doang tpi ada tindakannya, mereka ngedanain untuk company' film malaysia buat film" animasi.,” tulisnya.
Baca Juga: Jokowi Klarifikasi Kunjungan Para Menteri, Matahari Itu Prabowo Bukan Saya
Sebagian netizen juga merasa bahwa apresiasi yang ditunjukkan Gibran kepada film “Jumbo” justru terkesan oportunis.
Akun @TeeNinetyl menyindir, “Animator Jumbo be like: "Bapak kemana aja, selama ini kita pake anggaran sendiri dan usaha sendiri. Bapak malah bangga banget dengan menyebut industri animasi baru, padahal bapak sendiri support Al dan bahkan mengatakan kalau anak muda tidak pakai Al, akan kalah’”
Tak sedikit yang merespons dengan nada lebih tajam. “Innalillahi wa inna ilaihi raji'un, Indonesia punya wapres seperti itu,” tulis akun @qonitaashilani3627 dengan nada kecewa.
Gelombang kritik ini mencerminkan ketegangan antara apresiasi simbolik yang disampaikan pejabat publik dan kenyataan di lapangan yang dirasakan para pelaku industri kreatif.
Banyak dari mereka merasa perjuangan selama ini belum mendapatkan dukungan nyata, terutama dalam menghadapi tantangan dari teknologi baru seperti AI yang justru dilihat sebagai ancaman bagi keberlangsungan profesi kreatif di Indonesia.
Artikel Terkait
Zulhas Yakin PAN Bisa Masuk Empat Besar di Pemilu 2029, Ini Syaratnya!
Konsolidasi Jokowi di Solo, Pengamat: Bukan Matahari Kembar Tapi Pesan Kekuatan Politik
Koruptor Tak Takut Penjara, Adi Prayitno Tegaskan RUU Perampasan Aset Harus Segera Disahkan
Zulkifli Hasan Umumkan Susunan Lengkap Pengurus PAN 2024-2029, Ini Nama-Namanya
Jokowi Klarifikasi Kunjungan Para Menteri, Matahari Itu Prabowo Bukan Saya
Wejangan Ma’ruf Amin soal Kabinet Prabowo, “Matahari Kembar” Kalau Hatinya Bersih Aman