Menurutnya jika benar ada pengurangan isi minyak goreng dari 1 liter menjadi 750 ml maka ini bukan hanya sekadar kesalahan produksi tapi bisa masuk kategori korupsi besar-besaran.
“Kalau dalam 1.000 botol ada pengurangan 250 ml per botol berarti ada 250 liter minyak yang ‘hilang’. Kalau skalanya nasional ini bisa jadi miliaran rupiah, lho!” tegasnya.
Hendri Satrio juga meminta aparat hukum untuk turun tangan dan menelusuri lebih dalam apakah ada keterkaitan antara kasus ini dengan Menteri Perdagangan sebelumnya Zulkifli Hasan dan Menteri Perdagangan saat ini Budi Santoso.
Baca Juga: Menteri Hukum Ungkap soal RUU Perampasan Aset: Jangan Terburu-Buru Ini Tidak Sederhana
“Kita sih nggak nuduh ya. Cuma nanya aj, ini siapa yang bertanggung jawab? Kok bisa minyak subsidi dikorupsi?” katanya.
Sebelumnya Menteri Perdagangan Budi Santoso sempat menyatakan bahwa Minyakita yang beredar saat ini sudah tidak bermasalah dan produk yang tidak sesuai takaran sudah tidak diproduksi lagi.
Namun faktanya produk dengan takaran kurang masih ditemukan di pasaran.
"Kalau memang benar sudah tidak dijual lagi dan sudah diproses hukum mana buktinya? Siapa yang sudah ditangkap?" sindir Hendri Satrio.
Baca Juga: Potensi Keterlibatan Ridwan Kamil di Korupsi Bank BJB, Koordinator Maki: Bisa Saja RK TIdak Sadar
Kasus ini menambah daftar panjang dugaan penyelewengan distribusi barang kebutuhan pokok di Indonesia.
Hendri Satrio menekankan bahwa masyarakat tidak boleh diam dan harus terus mengawal kasus ini agar tidak menguap begitu saja.
“Kita nggak boleh gampang lupa. Kalau ada kasus seperti ini kawal terus sampai pelakunya benar-benar ketahuan,” pungkasnya.***
Artikel Terkait
Mohamad Sobary Bongkar Dugaan Korupsi Pertamina, Sentil Keluarga Erick Thohir & Jokowi
CNBC Temukan Fakta Mengejutkan! Rocky Gerung: Ekonomi Indonesia Menuju Kegelapan
Sejarah Kelam Pertamina Kembali Terulang, Rhenald Kasali: Ini Kenyataan!
Kabar Gembira! Pengemudi Ojek Online Dapat Bonus Hari Raya, Menaker Yassierli Tegaskan Besarannya
Bahlil Lahadalia Raih Gelar Doktor di UI, Prof. Hermawan: Tapi Kok Banyak Kejanggalan?
Krisis 98 Bisa Terulang, Rocky Gerung: Sinyal SBY dari Tokyo Tak Bisa Diabaikan!