Saham PANI Babak Belur, Hersubeno Arief: Aguan Makin Bancos

photo author
- Sabtu, 25 Januari 2025 | 20:30 WIB
Potret Foto Drone Pantai Indah Kapuk atau PIK 2 (TOPMEDIA / PANI - pik2.com  )
Potret Foto Drone Pantai Indah Kapuk atau PIK 2 (TOPMEDIA / PANI - pik2.com )

bisnisbandung.com - Saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) mengalami penurunan tajam di pasar modal, yang disebut oleh jurnalis senior Hersubeno Arief sebagai pukulan berat bagi grup bisnis besar di belakangnya, termasuk taipan properti Aguan.

“Akibatnya, saham Pantai Indah Kapuk 2 atau emiten di Bursa Efek Jakarta yang dikenal dengan nama PANI juga babak belur,” tuturnya dilansir oleh Bisnisbandung dari youtube Hersubeno Point, Sabtu (25/1/25).

Kontroversi terkait pagar laut sepanjang lebih dari 30 kilometer di Pantai Utara Tangerang menjadi sorotan utama yang memicu kerugian besar dalam kapitalisasi pasar PANI.

Baca Juga: Mardani Ali ke Anies: Jangan Bikin Partai, Adi Prayitno: PKS Belum Move On!

Hersubeno Arief mengungkapkan bahwa kontroversi ini tidak hanya menghancurkan citra PT Agung Sedayu Group dan Pantai Indah Kapuk 2, tetapi juga menyebabkan pasar memandang negatif saham PANI.

Dalam dua pekan sejak isu pagar laut menjadi perbincangan nasional, harga saham PANI terperosok lebih dari 30% hanya dalam empat hari perdagangan, menyentuh batas auto reject bawah.

Dari harga tertingginya di awal Januari, sekitar Rp18.000, saham ini kini berada di level Rp12.000-an.

Kerugian kapitalisasi pasar diperkirakan mencapai Rp120 triliun sejak puncak harga saham tersebut.

Bahkan jika dibandingkan akhir tahun lalu, ketika saham berada di harga Rp16.000, nilai pasar yang hilang tetap signifikan, mencapai lebih dari Rp83 triliun.

Baca Juga: Pagar Laut Gaib Tangerang, Adi Prayitno: Ketika Negara Seolah Tunduk pada Cukong

Hersubeno menyoroti bahwa meskipun Agung Sedayu Group membantah keterlibatannya dalam pembangunan pagar laut, persepsi negatif pasar tetap sulit untuk diredam.

Klaim bahwa pagar tersebut dibangun oleh pihak swadaya, yang mengatasnamakan nelayan, justru memperburuk citra perusahaan.

 Bagi Hersubeno, langkah seperti ini, ditambah penggunaan buzzer untuk memengaruhi opini publik, hanya memperdalam persepsi negatif terhadap perusahaan.

Baca Juga: Angka Kepuasan Publik Melonjak, Ray Rangkuti: Tapi Apa Harga yang Harus Dibayar

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X