Menurutnya pembangunan Food Estate dengan menanam kelapa sawit justru lebih menguntungkan perusahaan besar dan negara-negara konsumen kelapa sawit daripada masyarakat Indonesia sendiri.
Bahkan lahan yang harusnya digunakan untuk mendukung ketahanan pangan nasional bisa jadi hanya dimanfaatkan untuk ekspor komoditas minyak kelapa sawit yang tidak langsung memenuhi kebutuhan pokok rakyat.
Lebih lanjut Ikrar Nusa Bhakti juga menyoroti dampak sosial-ekonomi dari pembukaan lahan hutan tersebut.
"Masyarakat adat yang hidup di sekitar hutan akan kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian mereka. Hutan bagi mereka adalah tempat hidup, bukan sekadar sumber daya alam yang bisa dieksploitasi untuk keuntungan ekonomi semata," ujarnya.
Baca Juga: ACE HArdware Indonesia Kini berganti Nama Menjadi AZKO
Ikrar Nusa Bhakti menutup pernyataannya dengan mengingatkan bahwa keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat seharusnya menjadi prioritas utama.
"Kita perlu berpikir panjang tentang apa yang akan terjadi dengan tanah seluas dua kali pulau Jawa ini. Apakah kita akan mengorbankan paru-paru bumi demi keuntungan ekonomi jangka pendek? Ataukah kita akan memikirkan generasi mendatang dan menjaga keseimbangan alam yang sudah rusak?," tutupnya.***
Artikel Terkait
Anies dan Ahok Bersatu? Adi Prayitno: Ini Tamparan untuk Anak Abah dan Ahokers!
Jokowi di Titik Nadir, Ikrar Nusa Bhakti: Citra Politik yang Tergerus di Akhir Masa Jabatan
Pelemahan KPK di Era Jokowi, Pandangan Prof. Heru Susetyo tentang Korupsi di Indonesia
Eep Saefullah Fatah: Ini Satu-Satunya Cara Prabowo Membatasi Pengaruh Jokowi
Koalisi Anies-Ahok di 2029, Ikrar Nusa Bhakti: Mimpi atau Kenyataan?
Jokowi Diolok Dunia, Rocky Gerung: Prabowo Diramal Jadi Tokoh Berpengaruh 2025