bisnisbandung.com - Hersubeno Arief, jurnalis dan pengamat politik, menyoroti berbagai aspek yang mencerminkan posisi politik Jokowi yang penuh dengan teka-teki dan tantangan.
Menurut Hersubeno, langkah Jokowi di kancah politik nasional kini dipenuhi spekulasi, terutama terkait ke mana ia akan berlabuh setelah hubungan dengan PDIP berakhir.
“Sekarang ini justru yang jadi pertanyaan adalah apa agenda berikutnya dari Pak Jokowi,” ungkapnya dilansir dari youtube Hersubeno Point.
Hersubeno menggarisbawahi pernyataan Jokowi yang menyebut dirinya sebagai "partai perorangan." Pandangan ini diartikan sebagai langkah Jokowi untuk menjaga independensi politiknya, mengingat ia tidak lagi memiliki afiliasi formal dengan partai politik.
Baca Juga: Prabowo Pemimpin Cerdas, Mahfud MD: Mungkin Sedang Siapkan Gebrakan Besar Hukum di Indonesia
Hersubeno mempertanyakan apakah pernyataan ini mencerminkan keyakinan Jokowi bahwa ia, sebagai mantan presiden, memiliki pengaruh yang setara dengan partai politik atau justru mencerminkan kebingungannya dalam menentukan langkah selanjutnya.
Ia mengamati adanya ketegangan yang semakin kentara antara Jokowi dan Megawati. Ketidakhadiran keduanya dalam forum besar yang dihadiri banyak tokoh nasional baru-baru ini dianggap sebagai simbol jarak yang makin lebar.
Keputusan Megawati untuk tidak menghadiri acara tersebut dan hanya mengutus perwakilan, yang ia anggap sebagai langkah strategis untuk menjaga posisi PDIP di tengah isolasi politik yang semakin nyata.
Baca Juga: Timnas eFootball Indonesia Ukir Sejarah sebagai Juara Dunia 2024
Ia secara kritis memandang peluang Jokowi di Partai Golkar dan Gerindra. Ia mencatat bahwa meskipun Jokowi memiliki "proksi" seperti Bahlil Lahadalia di Golkar, resistensi internal terhadap Jokowi cukup kuat.
Golkar, menurutnya, cenderung pragmatis dan lebih berpihak pada kekuasaan yang sedang berkuasa, yakni Presiden Prabowo Subianto.
“Sementara itu, Pak Jokowi sudah tidak berkuasa lagi. Jadi, untuk Golkar, jika Pak Jokowi masuk menjadi kader Partai Golkar dan menduduki posisi penting, itu bukan gaya politik Golkar,” lugasnya.
Di sisi lain, Hersubeno menilai sinyal dari Gerindra juga tidak terlalu menjanjikan. Meskipun Gerindra secara terbuka menyatakan kesediaan menerima Jokowi.
Artikel Terkait
Jokowi Mengalami Sindrom Pasca Kekuasaan, Ikrar Nusa Bhakti: Mustahil Sang Putra Menjadi Calon Presiden
Megawati Ungkap Ada yang akan Mengacak-acak Kongres PDIP, Rocky Gerung: Partainya Diganggu Jokowi
Membaca Politik Jokowi, Sobary: Dia Memusuhi PDIP Sedemikan Rupa
Jokowi KO, Rocky Gerung: Rencana Acak-Acak Pilkada Jakarta Gagal Total!
Bos Lippo Temui Jokowi di Solo, Rocky Gerung: Apa Agenda di Baliknya?
Prof Ikrar Ingatkan Prabowo agar Tidak Menerima Pengkhianat di Gerindra, Irma: Pak Ikrar Juga Pengkhianat Jokowi