Drama Politik Partai Perorangan Jokowi Setelah Dipecat PDIP, Hersubeno Arief Ungkap Spekulasi yang Terjadi

photo author
- Sabtu, 14 Desember 2024 | 22:10 WIB
Hersubeno Arief (Tangkap layar yotube Hersubeno Point)
Hersubeno Arief (Tangkap layar yotube Hersubeno Point)

bisnisbandung.com - Hersubeno Arief, jurnalis dan pengamat politik, menyoroti berbagai aspek yang mencerminkan posisi politik Jokowi yang penuh dengan teka-teki dan tantangan.

Menurut Hersubeno, langkah Jokowi di kancah politik nasional kini dipenuhi spekulasi, terutama terkait ke mana ia akan berlabuh setelah hubungan dengan PDIP berakhir.

“Sekarang ini justru yang jadi pertanyaan adalah apa agenda berikutnya dari Pak Jokowi,” ungkapnya dilansir dari youtube Hersubeno Point.

Hersubeno menggarisbawahi pernyataan Jokowi yang menyebut dirinya sebagai "partai perorangan." Pandangan ini diartikan sebagai langkah Jokowi untuk menjaga independensi politiknya, mengingat ia tidak lagi memiliki afiliasi formal dengan partai politik.

Baca Juga: Prabowo Pemimpin Cerdas, Mahfud MD: Mungkin Sedang Siapkan Gebrakan Besar Hukum di Indonesia

 Hersubeno mempertanyakan apakah pernyataan ini mencerminkan keyakinan Jokowi bahwa ia, sebagai mantan presiden, memiliki pengaruh yang setara dengan partai politik atau justru mencerminkan kebingungannya dalam menentukan langkah selanjutnya.

Ia mengamati adanya ketegangan yang semakin kentara antara Jokowi dan Megawati. Ketidakhadiran keduanya dalam forum besar yang dihadiri banyak tokoh nasional baru-baru ini dianggap sebagai simbol jarak yang makin lebar.

Keputusan Megawati untuk tidak menghadiri acara tersebut dan hanya mengutus perwakilan, yang ia anggap sebagai langkah strategis untuk menjaga posisi PDIP di tengah isolasi politik yang semakin nyata.

Baca Juga: Timnas eFootball Indonesia Ukir Sejarah sebagai Juara Dunia 2024

Ia secara kritis memandang peluang Jokowi di Partai Golkar dan Gerindra. Ia mencatat bahwa meskipun Jokowi memiliki "proksi" seperti Bahlil Lahadalia di Golkar, resistensi internal terhadap Jokowi cukup kuat.

 Golkar, menurutnya, cenderung pragmatis dan lebih berpihak pada kekuasaan yang sedang berkuasa, yakni Presiden Prabowo Subianto.

“Sementara itu, Pak Jokowi sudah tidak berkuasa lagi. Jadi, untuk Golkar, jika Pak Jokowi masuk menjadi kader Partai Golkar dan menduduki posisi penting, itu bukan gaya politik Golkar,” lugasnya.

Di sisi lain, Hersubeno menilai sinyal dari Gerindra juga tidak terlalu menjanjikan. Meskipun Gerindra secara terbuka menyatakan kesediaan menerima Jokowi.

Baca Juga: Prof Ikrar Ingatkan Prabowo agar Tidak Menerima Pengkhianat di Gerindra, Irma: Pak Ikrar Juga Pengkhianat Jokowi

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Alit Suwirya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X