Bisnisbandung.com, - Pertemuan puncak BRICS di Kazan, Rusia, menandai babak baru dalam upaya aliansi ekonomi ini untuk memperkuat posisinya di panggung global.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, menerima mock-up mata uang baru yang dikenal sebagai "RUU BRICS," menandai tampilan publik pertama dari uang kertas yang mewakili lima negara anggota utama: Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan.
Berdasarkan dari media X @BRICSinfo :
"JUST IN: Russian President Putin has been gifted a mock-up of a "BRICS bill" at BRICS summit in Kazan."
Uang kertas dengan nilai 100 itu memperlihatkan bendera negara-negara BRICS dalam lingkaran yang melambangkan persatuan mereka.
Pada sisi sebaliknya, terlihat bendera negara-negara tambahan yang diperkirakan mewakili calon anggota BRICS, seperti Meksiko, Mesir, Nigeria, dan Bahrain.
Meskipun mata uang ini belum secara resmi diluncurkan, perbincangan mengenai penggunaannya semakin mengemuka dalam beberapa tahun terakhir.
Fokus utama pertemuan adalah sistem pembayaran baru yang diusulkan oleh Presiden Cina, Xi Jinping, yang bertujuan membentuk tatanan ekonomi dunia yang lebih multipolar.
Xi Jinping menekankan pentingnya reformasi arsitektur keuangan global yang selama ini didominasi dolar AS.
BRICS berharap, dengan mata uang dan sistem pembayaran lintas batas baru, mereka bisa memainkan peran sentral dalam mengubah keseimbangan kekuatan ekonomi dunia.
Dengan semakin berkembangnya ekonomi negara-negara BRICS, upaya untuk mengurangi ketergantungan pada dolar dianggap sebagai langkah strategis.
Selain memamerkan mata uang baru, pertemuan tersebut juga menghasilkan kesepakatan penting lainnya.
Dalam komunike yang dikenal sebagai "Deklarasi Kazan," BRICS menyepakati penggunaan mata uang lokal dalam transaksi keuangan antar negara anggota dan mitra dagang mereka.
Langkah ini dianggap sebagai langkah maju dalam memperkuat kedaulatan ekonomi aliansi sekaligus meminimalkan hambatan perdagangan.
Dorongan ini juga didukung oleh Inisiatif Pembayaran Lintas Batas BRICS (BCBPI), yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi, keamanan, dan transparansi dalam transaksi internasional.
Penggunaan mata uang lokal dipandang sebagai cara untuk menekan biaya transaksi dan menghindari risiko politik yang ditimbulkan oleh dominasi dolar AS.
Presiden Putin bahkan menyebut penggunaan dolar sebagai senjata politik oleh Amerika Serikat sebagai kesalahan besar, dengan menggarisbawahi bahwa hampir 95% perdagangan Rusia dan Tiongkok kini dilakukan menggunakan rubel dan yuan.
Sementara BRICS terus memperkuat fondasi ekonominya melalui inisiatif-inisiatif baru ini, dolar AS mulai kehilangan pengaruh di wilayah-wilayah yang sebelumnya didominasi.
Keputusan untuk tidak menerima anggota baru pada 2024 juga menunjukkan bahwa BRICS ingin lebih fokus pada pengembangan struktur internal dan memperkuat kemitraan dengan 13 negara mitra resmi.
Anggota Penuh BRICS yaitu:
• Brasil • Rusia • India • Tiongkok • Afrika Selatan • UEA • Iran • Mesir • Etiopia
Dan dibantu Negara Mitra Resmi BRICS:
• Aljazair • Belarusia • Bolivia • Kuba • Indonesia • Kazakhstan • Malaysia • Nigeria • Thailand • Turki • Uganda • Uzbekistan • Vietnam.
Para pemimpin negara BRICS lainnya yang mendukung penciptaan sistem pembayaran lintas batas bersama.
Karena akan membantu negara-negara BRICS melakukan perdagangan satu sama lain, melewati sistem keuangan global yang didominasi dolar AS.***
Artikel Terkait
Adian Napitupulu Tegaskan Posisi PDIP di Pemerintahan Prabowo, Fokus Pengawasan
Setelah Pembekalan Kabinet di Magelang, Rocky Gerung Soroti Nasib Skandal Fufufafa
Elektabilitas atau Etikabilitas? Rocky Gerung Kritik Beda Hasil Survei Pilkada Jakarta LSI dan Poltracking
Program Pemberdayaan dari BRI Dukung Bisnis Stroberi Berkembang Manis
Mahfud MD: Peluang Tuntutan Hukum Terhadap Jokowi Masih Terbuka!
Komposisi Kabinet Prabowo, Prof Ikrar Nusa Bhakti: Prioritaskan SDM atau Infrastruktur?