Bukan hanya sebagai sarana untuk berkomunikasi langsung dengan rakyat tetapi juga sebagai alat untuk membentuk narasi yang mendukung citranya.
Ray Rangkuti menjelaskan “Media sosial merupakan alat yang efektif dalam menyebarkan narasi dan memperkuat persepsi.”
“Dalam konteks perundungan Jokowi tidak mengambil langkah konfrontatif. Dia justru membiarkan narasi itu bergulir secara organik dan pada akhirnya publik yang memberi respon positif terhadapnya,” jelas Ray Rangkuti.
Ray Rangkuti juga memperingatkan bahwa strategi ini mungkin tidak selalu efektif dalam jangka panjang mengingat lanskap politik yang dinamis dan cepat berubah.
Baca Juga: bank bjb dan bank bjb Syariah Raih Penghargaan Annual Report Award (ARA) 2023
“Meskipun strategi mendulang simpati dari perundungan ini berhasil untuk saat ini namun ke depannya Jokowi perlu memikirkan langkah-langkah strategis lain yang bisa lebih solid untuk menjaga popularitasnya,” tutur Ray Rangkuti.
Ray Rangkuti menambahkan bahwa tantangan terbesar bagi Jokowi adalah bagaimana menjaga momentum ini dan mengolahnya menjadi kekuatan politik yang nyata.
Sebab meskipun simpati publik dapat membantu meningkatkan citra positif tetap diperlukan kebijakan-kebijakan konkret yang bisa menjawab kebutuhan masyarakat secara lebih nyata.
“Jokowi harus mampu membuktikan bahwa di balik perundungan yang ia hadapi ada kebijakan-kebijakan yang benar-benar memberikan manfaat bagi rakyat. Ini yang pada akhirnya akan menentukan seberapa kuat simpati tersebut bisa bertahan,” pungkasnya.***
Artikel Terkait
Hakim Mogok Kerja, Yasardin: Negara Gagal Beri Keadilan!
Menuju Indonesia yang Lebih Baik, Yenny Wahid Serukan Kabinet Prabowo Anti Dagang Politik
Lindungi Pasar Domestik dari Serbuan Produk China, Jokowi Ajak Pelaku Usaha Berinovasi
Dari Cawe-Cawe ke Minta-Minta, Refly Harun Bahas Perubahan Strategi Jokowi
Peralihan Kekuasaan Jokowi ke Prabowo, Apa Kata Menkominfo Budi Arie?
Kritik Pedas Guru Gembul, Generasi Muda Hancur Karena Pendidikan dan Media Sosial