“Jika kita lihat tindakan-tindakan yang dianggap tercela, itu bisa saja berdasarkan penilaian publik. Dan saat ini banyak orang yang mempertanyakan integritas Gibran,” tambahnya.
Refly Harun juga mengamati bahwa meski pengalihan isu sempat berhasil dalam beberapa hari, ketertarikan publik terhadap kontroversi Gibran diperkirakan akan kembali muncul menjelang waktu pelantikan.
“Masyarakat tidak bisa lepas dari isu ini. Saat ini perhatian publik mungkin akan teralihkan tetapi saya yakin akan ada gelombang baru kritik setelah itu,” tutup Refly Harun.
Baca Juga: Terdapat Desa Khusus Albinisme di Tanzania, Penderitanya Mencapai Ratusan Ribu Jiwa
Dalam konteks ini, publik diharapkan lebih kritis dalam memantau perkembangan politik menjelang pelantikan Gibran. Diskusi yang dipimpin oleh Refly Harun ini menjadi gambaran jelas bahwa politik di Indonesia tidak hanya tentang kemenangan, tetapi juga tentang tanggung jawab moral dan publik yang harus dijaga oleh setiap pemimpin.
***
Artikel Terkait
Rakyat Dibohongi! Prof. Ryaas Rasyid Sebut Jokowi Presiden Terburuk
Iran Lancarkan Serangan ke Jantung Israel, Connie Rahakundini: Picu Perang Dunia
Tak Ambil Gaji Satu Tahun, Verrel Bramasta Fokus Membantu Masyarakat
Pengalaman 20 Tahun di DPR, Bambang Pacul Ditunjuk PDI-P Meneruskan Kiprahnya di MPR
Jusuf Kalla Ungkap Tiga Tokoh yang Bisa Akhiri Konflik Palestina
Gibran Tak Hadir di Pelantikan DPR, Rocky Gerung: Pertanda Pembatalan Jabatan Wapres?