Rocky Gerung Menduga Prabowo Akan Jengkel Di Samping Fotonya Malah ‘Fufufafa’

Bisnisbandung.com - Rocky Gerung, pengamat politik yang kerap melontarkan pandangan kontroversial, kali ini menyoroti situasi yang mungkin dihadapi Prabowo Subianto menjelang pelantikanya.

 Ia menduga Prabowo bisa merasa jengkel dengan parodi dan sinisme yang muncul di media sosial, terutama terkait fenomena "Fufufafa."

Ramai di medsos foto Prabowo dipajang di sampingnya terdapat bingkai kosong bertuliskan "Fufufafa" alih-alih foto Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka.

“Saya mengerti kejengkelan Pak Prabowo, karena dia akan berhadapan dengan sinisme yang berlangsung selama lima tahun ke depan,” ungkap Rocky Gerung dilansir dari kanal youtube pribadinya.

Baca Juga: Dari Pendukung Jadi Musuh, Ade Armando: Denny Siregar dan Rizieq Bersatu Melawan Jokowi

Menurut analisis Rocky Gerung, kondisi ini berpotensi memunculkan kejengkelan bagi Prabowo, meskipun ia tidak dapat meluapkan kemarahannya secara langsung.

 Pasalnya, sindiran-sindiran yang muncul lebih diarahkan kepada Gibran sebagai Wakil Presiden, bukan kepada Prabowo.

Rocky Gerung melihat bahwa parodi ini akan menjadi bagian dari humor politik yang terus berlanjut selama lima tahun mendatang, terutama saat Gibran tampil di hadapan publik.

Dalam situasi ini, Rocky Gerung  memprediksi bahwa Prabowo akan menghadapi berbagai ejekan dan satire setiap kali muncul bersama Gibran dalam acara-acara resmi.

Baca Juga: Fenomena Kotak Kosong di Pilkada, Rocky Gerung: Tanda Demokrasi Indonesia Mati

 Meski begitu, menurut Rocky Gerung, Prabowo tidak boleh terpengaruh oleh sindiran tersebut karena sejatinya yang menjadi sasaran olok-olok adalah Gibran.

Ini, menurutnya, adalah bagian dari dinamika politik Jakarta dan generasi milenial yang kerap mengekspresikan ketidakpuasan mereka melalui humor dan satire di media sosial.

 “Semacam pertaruhan humor dalam politik Jakarta atau politik milenial secara umum di Indonesia,” ungkap Rocky Gerung.

Baca Juga: Refly Harun Ungkap Agenda Besar Dibalik Ekspor Pasir Laut yang Kontroversial