Menurut Hersubeno Arief, gerakan ini adalah cara bagi pemilih untuk menunjukkan bahwa penolakan terhadap ketiga calon lebih besar daripada dukungan yang mereka terima. Fenomena ini berbeda dengan golput, di mana pemilih memilih untuk tidak hadir di TPS.
Dalam Pilkada sebelumnya, kotak kosong sempat menjadi fenomena yang bisa menang jika para kandidat dianggap tidak memenuhi harapan.
Di Jakarta, skenario tersebut tidak terjadi karena adanya dua kandidat dari partai politik dan satu calon independen.
Meski demikian, gerakan 'Coblos Semua' tetap menjadi simbol protes dari masyarakat yang merasa bahwa pilihan yang tersedia tidak memenuhi ekspektasi mereka.
Fenomena ini mencerminkan dinamika politik Pilkada Jakarta 2024 yang lebih dari sekadar persaingan antara kandidat, tetapi juga cerminan dari ketidakpuasan publik terhadap proses politik di Jakarta.***
Baca Juga: Apa Kata M. Qodari Tentang Kunjungan Paus dan Stabilitas Politik Indonesia
Artikel Terkait
Mengapa PDIP Menjauh dari Anies? Chico Hakim Tawarkan Penjelasan Lengkap
Jokowi dan Prabowo Alasan Anies Gagal Maju Di Pilkada, Hendri Satrio: Sudah Bisa Diprediksi
Qodari Prediksi Partai Baru Anies Baswedan Berpotensi Menjadi Terbesar di Indonesia, Berikut Alasannya
Cak Imin Ingatkan Anies, Mendirikan Partai Itu Tidak Mudah
Anies Sindir Akun Fufufafa yang Diduga Milik Gibran: Anda Akan Mendapat Masalah Luar Biasa
Anies Baswedan Buka Suara Terkait Rencana Pendirian Partai Politik Baru