Oleh karena itu, Selamat Ginting mengingatkan bahwa meskipun Anies memiliki dukungan publik yang kuat, dia harus menghadapi tantangan yang tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari dinamika politik internasional.
Di sisi lain, Anies juga menghadapi hambatan struktural dalam sistem politik Indonesia, seperti ketentuan presidential threshold yang masih berlaku.
Ini berarti, mantan gubernur DKI tersebut harus mendapatkan dukungan dari partai-partai politik besar jika ingin maju sebagai calon presiden.
Selamat Ginting menilai bahwa jalur independen atau membentuk partai baru bukanlah pilihan realistis bagi Anies di tengah ambang batas partai yang ketat dan konflik internal yang sering terjadi di partai-partai politik.
Baca Juga: Pramono Anung Pilih Cak Lontong Sebagai Ketua Tim Pemenangan, Ini Alasannya!
Dengan segala tantangan ini, Pilpres 2029 diprediksi akan menjadi medan pertempuran politik yang penuh dengan konflik dan intrik, di mana Anies harus bersaing dengan kekuatan-kekuatan besar politik Indonesia.
Meskipun demikian, pengamat politik itu menilai bahwa Anies masih memiliki peluang jika ia mampu memainkan peran sebagai pejuang demokrasi dan mempromosikan nilai-nilai transparansi serta keadilan dalam proses pemilu.
“Saya tidak ingin memberikan gula-gula seolah-olah mudah. Anda tokoh, Anda banyak peminatnya, tapi lain nanti pada saat pelaksanaan. Konfliknya luar biasa,” lugas Selamat Ginting.***
Baca Juga: Muhammad Qodari Mengukur Peluang Anies Baswedan dalam Mendirikan Partai Politik
Artikel Terkait
Anies Baswedan di Jalan Buntu, Achmad Nur Hidayat: Jangan Sampai Ide Perubahan Juga Dibungkam oleh Elit
Anies Baswedan Pertimbangkan Bentuk Partai Politik, Tanggapan Muhammad Qodari: Ini Bukan Jalan Baru
PDI Perjuangan Tidak Tinggalkan Anies, Chico Hakim: Kami Tidak Pernah Meninggalkan
Bandingkan Situasi Anies dengan yang Pernah Dihadapi Amien Rais, Qodari: Jangan Mengulangi Kesalahan
Muhammad Qodari Mengukur Peluang Anies Baswedan dalam Mendirikan Partai Politik
Anies Diremehin Partai Besar! Faizal Assegaf Kritik Pedas Surya Paloh dan Megawati