"Jokowi tidak bisa hanya mengandalkan Gibran di posisi Wakil Presiden, dia butuh kekuatan politik lain," tambah Tonanda Putra.
Situasi semakin rumit ketika Airlangga terlihat lebih mendekat ke kubu Prabowo.
"Ini bahaya, belum tentu bagi negara, tapi pasti bahaya buat Jokowi," jelas Tonanda Putra.
Baca Juga: Tidak Hanya Selingkuh! Inilah 10 Hal yang Merusak Hubungan Asmara
Oleh karena itu Jokowi diduga kuat mendorong agar Airlangga segera mengundurkan diri dan digantikan dengan sosok yang lebih loyal padanya.
Jokowi tampaknya berencana untuk terus mencengkeram Golkar, salah satunya dengan menjadi Ketua Dewan Pembina Partai tersebut.
Tonanda Putra menyebut pertemuan dua jam antara Jokowi dan Airlangga sehari sebelum Airlangga mundur dari bursa Pilpres menjadi bukti kuat adanya upaya Jokowi untuk mempercepat Munas Golkar.
"Munas harus diadakan selama Jokowi masih berkuasa sebagai Presiden," tegas Tonanda Putra.
Di tengah masa transisi ini Golkar menjadi tumpuan utama Jokowi untuk memastikan semua kebijakan dan programnya termasuk proyek IKN bisa dilanjutkan.
"Golkar adalah satu-satunya harapan paling nyata bagi Jokowi," tutup Tonanda Putra.***
Artikel Terkait
Jokowi Reshuffle Kabinet, Rocky Gerung: Apakah Ini Tanda Pengambilalihan Golkar?
Partai Politik Hanya Wayang - Wayang, Eros Djarot: Siapa Dalangnya?
Mundur dari Golkar, Rinny Budoyo: Airlangga Gak Punya Mental Petarung
Pohon Beringin Golkar Tumbang, Eko Kuntadhi: Tekanan Politik dan Kasus Hukum Membuat Airlangga Mundur
Eros Djarot Soroti Golkar, Pelajari Kepemimpinan dan Strategi PDIP!
Haposan Situmorang Ungkap Fakta-Fakta Mengejutkan Terkait Airlangga dan Ketidakpastian Golkar