Judul Kisah Heroik Dibalik Serangan Umum 1 Maret 1949

Untuk itu anggota UNCI, wartawan asing dan para pengamat militer harus melihat perwira-perwira yang berseragam TNI.

Panglima Divisi III Kol. Bambang Sugeng memilih Yogyakarta sebagai sasaran utama.

Hal ini karena Yogyakarta adalah ibu kota RI, banyak wartawan asing di hotel Merdeka Yogyakarta.

Baca Juga: Komeng Berpotensi Pimpin DPD, Adul dan Daus Mini Masuk Timnya?

Ada juga anggota delegasi UNCI dan pengamat militer dari PBB. Yogyakarta berga di dalam wilayah Divisi III.

Para tentara di Divisi III juga telah terlatih dalam menyerang pertahanan Belanda. Selain itu dukungan logistic dari seluruh rakyat pasti kuat.

Maka dipilihlah para pemuda berbadan tegap, kuat,mampu berbahasa Belanda, Inggris atau Prancis dilengkapi seragam perwira TNI dari mulai sepatu hingga topi.

Untuk menyebarluaskan berita penyerangan itu menggunakan pemancar radio di Playen Wonosari.

Serangan di wilayah Divisi II dan III harus dapat dikoordinasikan dengan baik.

Pimpinan Pemerintahan sipil, Gubernur Wongsonegoro, Residen Budiono, Residen Salamun, Bupati Sangidi, Bupati Sumitro Kolopaking, mengkooriniasi persiapan dan pasokan perbekalan di wilayah masing-masing.

Baca Juga: Sehat dan Glowing dengan 4 Tips Sederhana Mengatasi Jerawat Punggung

Untuk pertolongan dan perawatan medis, diserahkan kepada PMI. Evakuasi para dokter dan rumah obat mesti menjadi perhatian.

Telah diatur pengiriman obat-obatan bagi gerilyawan di front terdepan.

Kurir dikirimkan untuk menyampaikan keputusan rapat kepada Panglima Besar Sudirman dan Komandan Divisi II/Gubernur Militer II Kolonel Gatot Subroto.

Serangan dilakukan pada tanggal 1 Maret 2949 pukul 06.00 pagi. Puncak serangan dipimpil Letkol. Soeharto.