industri-kreatif

Raja Dekorasi Di Ibu Kota

Kamis, 9 Mei 2019 | 15:15 WIB
warsono

Tentu, tak mudah untuk menjaring klien, sekalipun ia punya banyak kenalan dari tempat kerja sebelumnya. Beruntung, ada event organizer (EO) pernikahan kenalannya yang selalu mengajak setiap kali bertemu dengan calon klien. “Saya berutang budi sekali sama dia, karena bisa dapat lima klien pertama,” ungkap Warsono.

Pada 2000, dia melegalkan bisnisnya dengan mendirikan badan usaha berbentuk comanditaire venootscha (CV). Sebab, beberapa kliennya menggelar acara pernikahan di hotel. Pihak hotel mensyaratkan, harus memiliki badan hukum.

Di tahun-tahun awal, sejatinya Warsono kebanjiran order. Tiap minggu, ia bisa mendekap 5 sampai 10 proyek. Cuma, nilainya masih kecil, paling gede Rp 5 juta per proyek.

Karena itu, Warsono coba masuk ke lembaga pemerintah untuk menangani dekorasi acara-acara mereka. Misalnya, ke Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan, dan Kementerian Dalam Negeri.

Usahanya enggak sia-sia, dia mendapatkan banyak permintaan dari lembaga pemerintah. Bahkan, ia mendapat kepercayaan dari Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) untuk mengurus dekorasi setiap kali ada acara resmi. “Enaknya, meski acara batal, saya tetap dikasih uang,” sebutnya.

Usahanya berkembang. Garda Dekorasi jadi salah satu pemain besar dekorasi di Jakarta. Enggak heran, Warsono banyak menangani dekorasi pernikahan ataupun acara orang-orang besar termasuk artis. Sebut saja, pesulap Demian Aditya, penyanyi dangdut Kristina, serta model Ryana Dea.

Pada 2014, ia pun memindahkan kantornya ke sebuah ruko tiga lantai di daerah Cengkareng, Jakarta Barat, yang dia beli. “Secara bertahap, saya juga beli gudang. Sekarang sudah ada tiga gudang, luasnya total lebih dari 3.000 meter persegi,” tambah Warsono.

Jumlah karyawannya saat ini kurang lebih ada 30 orang. Lima di antaranya mengurus bagian pemasaran. Tapi, saat sedang ada event terutama saat musim pernikahan, ia membutuhkan ratusan pekerja lepas. Soalnya, dalam satu hari, dia bisa mengerjakan dekorasi pernikahan di lokasi yang berbeda.

Pada 2016, Warsono menambah lini usaha dengan masuk ke dekorasi pertemuan dan pameran. “Tahun lalu, kami yang bikin dekorasi pameran pernikahan di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta,” ujarnya.

Nama baik hancur Tentu, yang namanya bisnis tidak selalu di atas. Warsono pernah terpuruk cukup lama, sekitar tahun 2005–2006. Gara-garanya, ada klien yang kecewa berat dan menuliskannya di Surat Pembaca Kompas. “Memang, salah saya, karena tidak memantau sebab saat itu saya di lokasi lain,” katanya.

Sebetulnya, persoalannya tidak besar, hanya kurang isolasi untuk menempel karpet. Alhasil, karpet menjadi jelek. “Itu karena waktunya sudah mepet tidak sempat keluar lagi untuk beli,” ungkap Warsono.

Dampak dari surat pembaca itu sangat besar. Banyak klien yang membatalkan order sekalipun mereka sudah membayar uang muka sebesar 30% . Masalahnya, nilai satu kegiatan ada yang mencapai ratusan juta rupiah.

Bukan cuma rugi materi, Warsono juga menderita kerugian nonmateri. Nama Garda Dekorasi menjadi buruk. Para EO yang biasa memakai jasanya juga menjauh. “Enggak bisa dihitung dan dinilai rupiah, karena nama baik jatuh. Memulihkannya pun enggak sebentar, sampai setahun lebih. Tapi, ini jadi pelajaran sangat berharga buat saya,” tegas dia.

Warsono sampai sempat pulang kampung untuk menenangkan diri di rumah orangtuanya. Seminggu menepi, ia kembali ke Jakarta dan siap menghadapi semuanya.

“Saya bilang ke semua klien, menjelaskan situasinya, kenapa bisa terjadi kekecewaan pelanggan itu. Saya bilang, saya betul-betul akan berkomitmen dan memantau secara langsung, bagaimana prosesnya supaya benar-benar tidak mengecewakan mereka. Alhamdulillah, secara bertahap, nama kami bagus lagi,” tuturnya.

Halaman:

Tags

Terkini