Bisnisbandung.com - Lelaki seringkali dianggap sebagai sosok yang keras dan tegas.
Mereka diharapkan untuk memimpin, memutuskan, dan tidak mudah terpengaruh emosi. Namun, di balik sosok yang kuat tersebut, terdapat sebuah misteri yang sulit dipecahkan: mengapa lelaki sulit untuk mengekspresikan perasaannya?
1: Memahami Peran Maskulinitas dalam Budaya Patriarki
Sejak zaman dahulu, budaya patriarki telah meletakkan peran yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Lelaki diharapkan untuk menjadi sosok yang tangguh dan kuat, sedangkan perempuan diharapkan untuk menjadi sosok yang lembut dan penyayang.
Hal ini membuat lelaki merasa bahwa mengekspresikan perasaannya adalah tanda kelemahan, dan dapat merusak citra maskulin mereka.
Baca Juga: Buat Kamu Yang Bingung Membedakan Jenis Bedak Dan Fungsinya, Cari Tahu Yuk!
2: Pengaruh Lingkungan Keluarga dalam Pembentukan Kepribadian Lelaki
Lingkungan keluarga juga memainkan peran penting dalam pembentukan kepribadian lelaki.
Banyak keluarga yang lebih memperhatikan putra mereka dibandingkan putri mereka. Hal ini membuat lelaki merasa bahwa mereka harus tampil kuat dan tangguh di depan keluarga, dan tidak boleh menunjukkan kelemahan.
3: Menangani Stigma dan Diskriminasi Terhadap Lelaki yang Mengekspresikan Perasaannya
Sayangnya, stigma dan diskriminasi terhadap lelaki yang mengekspresikan perasaannya masih sangat terasa.
Banyak orang yang menganggap bahwa lelaki yang menangis, atau menunjukkan emosi lainnya, adalah lemah dan tidak pantas menjadi sosok yang kuat.
Hal ini membuat lelaki merasa takut untuk mengekspresikan perasaannya, dan lebih memilih untuk menahan emosi mereka.