4. “Jangan cengeng. Kenapa kamu menangis terus?” atau kata-kata serupa. Bukankah kamu juga masih menangis saat dewasa? Apa yang salah dengan emosi ini?
Anak-anak masih belum mampu mengekspresikan emosi lewat kata-kata, sehingga mereka hanya dapat menyalurkan perasaan dengan cara menangis.
Oleh karena itu, wajar jika seorang anak merasa sedih atau takut. Namun, mengatakan kata "jangan" tidak akan membuat anak menjadi lebih baik.
Sebaliknya, mengucapkan kata ini justru akan mengajarkan anak bahwa perasaan sedih dan menangis ialah sesuatu yang tidak wajar.
Padahal, menangis ialah ekspresi dari emosi tertentu yang dimiliki setiap manusia.
Oleh karena itu, ketika anak menangis, sebaiknya orang tua mendekatinya dan meminta mereka untuk menjelaskan apa yang membuat mereka sedih.
Dengan begitu, orang tua dapat mengajarkan cara berempati pada anak.
Baca Juga: Saturnus,Planet Bercincin Yang Indah Mempesona
5. “Kamu selalu membuat rumah berantakan,” atau “kamu tak pernah mau membereskan mainanmu.” Walau seringkali terucap secara refleks, belajarlah menghindari mengatakannya lagi dan lagi
Menggunakan kalimat "kamu selalu" atau "kamu tidak pernah" punya banyak makna negatif.
Psikolog menyatakan bahwa dengan seringnya menggunakan kalimat semacam itu, anak cenderung akan melakukan hal yang diungkapkan dalam kalimat tersebut.
Sebagai contoh, jika orangtua mengatakan bahwa anak tidak pernah merapikan mainannya, anak akan memperkuat kebiasaan buruk tersebut.
Orangtua sebaiknya mempertanyakan dan tidak menghakimi dengan menggunakan kalimat "selalu" atau "tidak pernah".
Sebaliknya, tanyakan apa yang bisa dilakukan untuk membantu si kecil mengubah kebiasaannya.
Misalnya, "Ibu melihat bahwa kamu sering tidak merapikan mainan setelah selesai bermain.