Bisnisbandung.com - Para netizen terutama pengguna media sosial Twitter pasti sudah tak asing lagi dengan istilah spill the tea.
Biasanya, ketika sebuah akun membuat utas tentang sebuah kasus, netizen akan meminta untuk menguak siapa pelakunya dengan cuitan, “spill the tea, Nder!”
Lalu, bagaimanakah awal mula kemunculan istilah spill the tea ini?
Fenomena spill the tea awalnya berasal dari idiom Yunani Kuno spill the beans yang berarti membiarkan informasi yang bersifat rahasia diketahui orang lain.
Kata “beans” pada frasa tersebut digunakan untuk mewakili vote atau suara, di mana white bean berarti suara positif (positive vote) sedangkan black bean berarti suara negatif (negative vote).
Seiring berjalannya waktu, istilah spill the beans berubah menjadi spill the tea, dengan kata “tea” yang berarti kebenaran, bukan “teh”.
Baca Juga: Tak Perlu Rupawan, Berikut 5 Cara Menarik Perhatian Wanita biar Dia Takluk Padamu
Saat ini, fenomena spill the tea seringkali dianggap sebagai salah satu bentuk kebebasan berekspresi.
Mereka yang spill sesuatu di media sosial biasanya tengah mengungkapkan kemarahan atau kekecewaan pada suatu hal.
Seperti misalnya pada kasus pelecehan seksual, para korban “terpaksa” mengungkapkan kronologi yang dialaminya karena merasa tidak mendapat keadilan. Fenomena spill the tea juga sering membuat kasus yang buntu menjadi viral.
Namun, hal tersebut menjadi dilema karena fenomena spill the tea bagaikan pisau bermata dua.
Di satu sisi, fenomena ini seperti alarm yang menyadarkan kita untuk peduli akan suatu masalah atau isu tertentu.
Bahkan, banyak masyarakat yang memanfaatkannya supaya kasus yang terjadi bisa cepat ditindaklanjuti oleh pihak yang berwajib. Sementara di sisi lain, jika tidak berhati-hati, ia bisa berbalik merugikan orang yang spill informasi.