Bisnisbandung.com - Korea Utara mengatakan percobaan kedua untuk mengorbitkan satelit mata-mata gagal pada Kamis dini hari, namun negara yang tertutup itu berjanji akan meluncurkan satelit lain dalam beberapa bulan mendatang.
Satelit pengintai Malligyeong-1 dipasang pada roket pengangkut tipe baru yang disebut Chollima-1 dan diluncurkan dari stasiun di provinsi North Pyongan pada jam-jam pagi, menurut Korea Central News Agency (KCNA) yang dijalankan negara.
Tahap pertama dan kedua satelit "terbang secara normal, tetapi gagal karena kesalahan dalam sistem ledakan darurat selama penerbangan tahap ketiga," demikian disampaikan KCNA dalam sebuah pernyataan.
Badan Pengembangan Antariksa Nasional Korea Utara sedang menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut dan berencana untuk mencoba peluncuran ketiga pada bulan Oktober, sesuai dengan KCNA.
Baca Juga: India Telah Berhasil Menjadi Negara Ke Empat Yang Mendaratkan Wahana Atariksa Di Bulan
Korea Utara mencoba meluncurkan satelit mata-mata pertamanya pada tanggal 31 Mei, tetapi jatuh ke Laut Barat setelah "mulai yang tidak normal" dari mesin tahap kedua, kata KCNA saat itu.
Pada tahun 2018, Korea Utara mengklaim telah berhasil meletakkan satelit ke luar angkasa namun para analis internasional menyatakan bahwa itu tidak benar.
Percobaan kedua pada Kamis ini bersamaan dengan latihan militer bersama Amerika Serikat, yang telah lama dikecam oleh Korea Utara.
AS, Korea Selatan, dan Jepang semua mengeluarkan pernyataan yang "dengan tegas" mengutuk penggunaan teknologi rudal balistik oleh Korea Utara untuk peluncurannya, yang meskipun gagal, mereka mengatakan melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Baca Juga: Jepang Bersiap Untuk Melepaskan Air Limbah Dari Bencana Nuklir Yang Telah Diolah Ke Samudra Pasifik
Ketiga negara sekutu tersebut juga mengulangi komitmen mereka untuk bekerja sama dengan erat untuk mencapai "denuklirisasi lengkap" Korea Utara sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Kantor Menteri Luar Negeri Jepang, Yoshimasa Hayashi, mengonfirmasi bahwa ia telah melakukan panggilan telepon dengan rekannya dari Korea Selatan dan AS pada pagi Kamis untuk membahas peluncuran rudal balistik terbaru Korea Utara.
Kelompok Tujuh (G7), forum politik antar pemerintah yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan AS, juga mengeluarkan pernyataan yang mengutuk peluncuran Korea Utara dengan "tegas" (Aulia Nisa).***