Saat diserang, ia belum tersadar , bahwa pisau itu sebagian patah, sebagian masih tertancap di lengannya. “Saya lihat reaksi jamaah lambat karena mereka kaget. Pas saya berdiri, jamaah mulai tahan dia, saya lihat kok ada pisau, baru terasa sakit, kayak film kartun. Saya lepas pisaunya. Awalnya sakit karena agak dalam. Jadi yang mencopot pisau yang patah ya saya sendiri,” tutur ulama yang menjadi WNI sejak tahun 2012. (B-003) ***