Kisah Kelompok Usaha Kontainer Modifikasi Dan Kuliner

photo author
- Kamis, 31 Januari 2019 | 05:45 WIB
Kisah Kelompok Usaha Kontainer Modifikasi Dan Kuliner
Kisah Kelompok Usaha Kontainer Modifikasi Dan Kuliner

NIAT baik biasanya berakhir elok. Keinginan Edi Hartono membantu pamannya yang harus keluar dari pekerjaan sebagai tukang las lantaran berselisih dengan sang bos, berujung manis.

Agar pamannya mendapat pekerjaan kembali, pria kelahiran Bekasi, 19 Maret 1990, ini lantas membuka bengkel las yang melayani jasa pembuatan kanopi, pagar, teralis, dan lain-lain. Dia menawarkannya lewat situs iklan baris online Tokobagus.com dan Berniaga.com, juga lewat akun Facebook.

Padahal sejatinya, Edi sama sekali buta dengan dunia las dan besi. “Jadi, saat ada pesanan masuk, langsung tanya ke om saya, ini maksudnya apa, bahannya apa saja. Jadi intinya, saya terus belajar, sih,” ungkap Edi yang merintis usaha bengkel las pada 2011 lalu.

Dari hanya melayani pembuatan kanopi, pagar, teralis, dan sejenisnya, bisnisnya pun meluas ke booth semi-kontainer serta modifikasi kontainer untuk kafe, restoran, juga kantor. Kini, Edi bisa mengantongi omzet sebesar Rp 1 miliar sebulan dari bisnisnya yang bertajuk Boss Container.

Lalu, berangkat dari hanya berdua dengan pamannya, sejak 2016 lalu, dia merekrut puluhan orang sebagai karyawan. Perinciannya: 12 orang di bagian produksi, 15 orang untuk tim pemasaran, serta 2 orang sebagai tenaga administrasi.

Pelanggannya pun sudah meluas. Bila dulu pelanggannya hanya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memesan pembuatan booth semi-kontainer dan modifikasi kontainer, kini pelanggannya ada juga perusahaan besar.

Sebut saja, PT Pertamina dan PT Krakatau Steel Tbk. “Sejak tahun lalu Pertamina dan Krakatau Steel minta dibuatkan kontainer untuk kantor,” imbuh Edi.

Awalnya, ia menceritakan, Pertamina dan Krakatau Steel mengontak lewat telepon yang berlanjut dengan datang ke bengkel produksinya di daerah Jati Asih, Bekasi.

Merasa cocok, kedua perusahaan pelat merah itu meminta Edi mengajukan penawaran. “Ternyata kami dapat. Kemudian, walaupun ada repeat order, kami tetap harus ikut bidding. BUMN kan, begitu aturannya,” ujar dia.

Sebelum order badan usaha milik negara masuk, menurut Edi, pesanan booth semi-kontainer dan modifikasi kontainer mulanya datang dari seorang teman. Padahal, saat itu ia sama sekali tidak menawarkan jasa pembuatan produk tersebut.

Berkat kue cubit

Pesanan mulai mengalir deras setelah kue cubit booming di Indonesia pada 2015. Kebetulan di 2012, Edi berbisnis kue cubit dan menawarkan kemitraan, dengan mengusung nama Kue Cubit Eropa. Saat jadi tren dan populer, jumlah mitranya lebih dari 200 partner.

Nah, dia menyediakan booth semi-kontainer sebagai pilihan paket kemitraan kue cubitnya. Sebagian mitra memilih paket booth semi-kontainer.

Order kian mengalir kencang pada 2016. Banyak pelaku UMKM ingin punya kontainer untuk tempat usaha, tapi dengan harga ramah di kantong mereka. “Semua produk saya sistemnya knock down, yaitu bongkar pasang. Jadi, mobilitasnya lebih mudah, harganya lebih murah,” katanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X