Rektor Unika Atmajaya Agustinus Prasetyantoko mengatakan, ke depan teknologi digital bakal kian berkembang. Namun, ia optimistis berbagai disrupsi itu tidak akan menjungkirbalikkan seluruh pranata yang sudah terbangun, melainkan mencari keseimbangan baru.
Dia memaparkan disrupsi akibat revolusi teknologi 4.0 kini dialami berbagai sektor mulai dari keuangan, jasa, hingga media. Menurutnya, sektor pendidikan juga bakal mengalami disrupsi. Namun, itu bukan berarti kegiatan perkuliahan tatap muka secara fisik bakal hilang.
Sebagai contoh keseimbangan baru dalam kasus financial technology (fintech) di China saat ini yang sudah mengalami banyak penolakan karena jumlahnya sudah excessive. Hal ini juga dirasakan di Tanah Air karena maraknya nasabah melakukan komplain dengan etika bisnis yang dilakukan fintech.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, tahun 2019 Indonesia sudah memiliki decacorn yang merupakan perusahaan startup dengan valuasi minimal USD10 miliar. Sayangnya, dia tidak mengatakan startup mana yang dimaksud menjadi decacorn. “Tidak usah menyebutkan nama karena itu hanya masalah bisnis. Saat ini Indonesia memiliki empat dari tujuh unicorn di ASEAN. Dari yang ada sekarang kita tunggu saja,” kata Rudiantara.
Adapun empat unicorn tersebut saat ini adalah Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Tidak hanya itu, tahun depan juga Indonesia akan memiliki satu unicorn baru sehingga target pemerintah untuk memiliki lima unicorn startup sudah tercapai. (C-003/HF)***