Oleh karena itulah, ia suka membandingkan antara anggota dewan paska reformasi dengan anggota dewan saat orde baru, walau begitu, kedua-duanya ada sisi positif dan negatifnya.
Sisi positif orde baru di mata dia adalah disiplinnya, adapun sisi negatifnya, adalah soal interupsi sangat tabu.
Orde baru, diakuinya disiplin sangat kuat, karena saat itu ada fraksi ABRI. Fraksi inilah yang selalu memberikan contoh disiplin."Acara jam 9.00, sebelum jam 9.00 mereka semua sudah hadir, dan setelah jam 9.00 pintu ditutup. Mereka yang terlambat, akhirnya malu, dan perlahan mulai memperbaiki diri.
"Ceu Popong, satu-satunya yang berani interupsi, sanes heureuy. Saat sidang MPR itu sudah diintruksikan, tidak boleh ada interupsi. Namun, Ceu Popong tidak bisa diam saja melihat ada yang keliru, masa... cicing wae. Makanya saya melakukan interupsi di tengah suasananya saat itu sangat hening. Setelah itu, datang secarik kertas, kalau ada wartawan yang tanya, sampaikan sudah diatasi oleh pimpinan," pungkasnya mengenang saat sidang waktu itu dipimpin oleh Ketua DPR Akbar Tandjung.(B-002)***