Arief membandingkannya dengan kondisi di negera maju, seperti Korea Selatan dan Jepang. Mereka disana cenderung memiliki output keilmuan yang lebih banyak (minimal pendidikan di Korea adalah S1), sedangkan di Jepang, para ilmuwan mau bersatu untuk memecahkan masalah dan memberi solusi, serta fokus dalam bidangnya.
"Melihat study case itu, InsyaAllah, saya akan berusaha fokus mendalami ilmu kewirausahaan, yang ditunjang dengan teknologi dalam membuat terobosan untuk memajukan pendidikan,” tutur Arief.
Arief Yanto Rukmana mengungkapkan pula bahwa, faktor yang menyebabkan Indonesia mengalami kondisi seperti saat ini adalah, perlunya pemerataan tenaga terdidik dan terampil ke seluruh pelosok. Hal ini dikarenakan, lulusan-lulusan terbaik bangsa ini masih berkarier dan terpusat hanya di kota-kota besar. Dahulu, ada program transmigrasi yang seharusnya masih bisa dilanjutkan hingga kini, yang didukung oleh sarana maupun prasarana teknologi informasi serta SDM terdidik, dan diutamakan untuk pelosok di wilayah Indonesia Timur.
(E-018)***