Proyek dapat selesai dalam waktu sangat cepat meskipun ongkosnya berpuluh kali lipat dibanding dengan dikerjakan secara manual, gotong royong, atau padat karya. Teknologi akan menghasilkan pekerjaan yang jauh lebih berkualitas, cepat, efektif dan efisien.
Selepas melihat langsung, betapa semangat warga Desa Kempek menggarap saluran air dengan sstem padat karya, Prsiden Jokowi memerintah beberapa menteri melaksanakan proyek dengan sistem padat karya tunai.
”Padat karya tunai itu bagus,” ujar Jokowi. ”Selain jalan untuk mengangkut produksi pertanian, air bisa mengalir sampai ke sawah. Para petani mendapat upah sambil menunggu hasil panen.”
Perintah Prersiden itu dapat dimaknai sebagai pertanda, kita akan kembali ke era gotong royong. Padat karya dapat dihidupkan kembali. Mengapa pengerukan Citarum sampai harus menghabiskan uang triliunan rupiah sedangkan hasilnya belum dapat dinikmati masyarakat.
Mengapa tidak dilakukan secara padat karya. Ketika musim kemarau, rakyat di sekitar Citarum ditawari ikut padat karya, membersihkan Citarum, dari sedimen dan tumpukan sampah. Pemerintah tidak harus mendatangkan kapal keruk yang sewanya sangat mahal.
Padat karya pengurusan Citarum dan semua anak sungainya, diprediksi akan mendapat sambutan positif warga. Harapan mereka terbebas dari terjangan banjir, semangat gotong royong akan tumbuh kembali. Kita akan mendapatkan kembali budaya rempug jukung sabilulungan yang sudah lama hilang. ***